Sukabumi Update

4 Fakta Pulau Sampah di Dunia, Lebih Parah dari Pantai Loji Sukabumi

Ilustrasi. 4 Fakta Pulau Sampah di Dunia, Lebih Parah dari Pantai Loji Sukabumi (Sumber : Freepik/prostooleh)

SUKABUMIUPDATE.com - Penampakan tumpukan sampah di pantai Loji Sukabumi cukup mengkhawatirkan. Bahkan saat dibersihkan, diperkirakan ada sekitar 30 ton sampah yang berhasil diangkut ke TPA.

Sampah itu hasil aksi bersih-bersih hari pertama yang membersihkan 300 meter dari total sekitar dua kilometer hamparan pantai yang tercemar.

Terlepas dari sampah yang berada di pantai Loji Sukabumi, tahukah jika di Dunia ini ada tempat yang lebih parah dari itu bahkan disebut sebagai bank sampah terbesar di Dunia.

Baca Juga: Usai Clean Up, Dispar Sukabumi Berharap Pantai Loji Jadi Tujuan Wisatawan

Tak mengherankan, mengingat produksi sampah di dunia cenderung terus mengalami peningkatan. Tak jarang terjadi masalah keterbatasan lahan untuk tempat pembuangan sampah.

Bahkan sejumlah pemerintah menyiapkan pulau sampah, yaitu pulau khusus untuk menampung sampah mereka.

Melansir dari Tempo.co, selain Pulau Semakau di Singapura, Pulau Thilafushi di Maladewa, dan Yumenoshima, Jepang, ada juga tumpukan sampah terapung di Samudra Pasifik.

Tumpukan itu disebut pulau sampah, bahkan dikenal menjadi tempat sampah raksasa lantaran membentang hingga 1,6 juta kilometer persegi.

Kumpulan sampah tersebut dibawa arus dan terjebak akibat pergerakan arus gyre yang membentuk pusaran.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut 4 fakta mengenai pulau sampah terbesar di dunia:

Baca Juga: Hari Pertama Bebersih Pantai Loji Sukabumi, 30 Ton Sampah Dibawa ke TPA Cimenteng

1. Menjadi bank sampah terbesar di dunia

Julukan bank sampah terbesar di dunia tertuju pada Great Pacific Garbage Patch yang memiliki luas sekitar 1,6 juta kilometer per segi. Dikutip dari rhinoplas.co.id, Great Pacific Garbage Patch menampung jutaan limbah plastik yang sulit diurai sehingga membentuk sebuah pulau bernama Floating Garbage Island.


Sampah plastik tersebut berasal dari kawasan pesisir Jepang, Hawaii serta Kalifornia. Kumpulan sampah itu kemudian terjebak di Great Pacific Garbage Patch karena pergerakan arus pilin yang membentuk pusaran.

Pusaran ini terbentuk akibat air hangat dari Samudera Pasifik bagian selatan bertemu dengan air dingin yang berasal dari Kutub Utara. Akhirnya, sekitar 80 ribu ton sampah plastik terkumpul di sana.

Baca Juga: 1.300 Orang Bersihkan Pantai Loji Sukabumi, Baru 300 Meter dari 2 Km yang Penuh Sampah

2. Ditemukan tanpa sengaja

Great Pacific Garbage Patch secara tidak sengaja ditemukan oleh Kapten Charles Moore pada 1997. Kala itu, Kapten Charles Moore dalam perjalanannya menuju California mengambil jalan pintas melalui pusaran air.

Rute ini tergolong jarang dilalui oleh pelaut lantaran angin tidak cukup untuk menggerakkan perahu layar. Begitu juga nelayan yang menghindari lokasi tersebut karena perairannya yang tidak memiliki banyak ikan.

Kapten Charles dan krunya lantas terkejut ketika melintasi Samudera Pasifik dengan kapalnya yang dikelilingi jutaan sampah plastik. "Ketika saya memandang dari dek ke permukaan yang seharusnya merupakan lautan murni, saya dihadapkan sejauh mata memandang dengan pemandangan plastik," ucap Kapten Charles dikutip dari education-nationalgeographic-org.

Baca Juga: Bebersih Pantai Loji di Cibutun Sukabumi, Sejak 1904 Buang Limbah Sekam Padi

3. Satu satunya TPA di negara tersebut

Thilafushi merupakan satu satunya tempat pembuangan sampah di Maladewa. Dirangkum dari savethewater.org, Thilafushi berada di sebelah ibu kota negara, Male dan menampung sampah harian lebih dari 330 ton.

Penggunaan pulau Thilafushi sebagai tempat pembuangan sampah dimulai pada 1991. Kala itu, pulau Thilafushi didirikan untuk mengatasi masalah sampah di Malé. Namun, pengelolaan sampah yang kurang baik dan melonjaknya jumlah pengunjung di negara itu membuat tumpukan sampah menggunung.

Selain Thilafushi, ada pula Semakau yang menjadi satu satunya TPA di Singapura. Dilansir dari gaiadiscovery-com, TPA Semakau sekaligus pulau sampah Semakau ini, berada sekitar empat kilometer ke arah selatan Singapura. Pulau Semakau memiliki luas kurang lebih 3.5 kilometer persegi dan dirancang sedemikian rupa untuk pengelolaan sampah.

Baca Juga: Bukan Pantai Loji, Cibutun Sukabumi Dulu Viral Soal Stasiun KA Palabuhanratu

Pulau Semakau mulai dibangun sejak 1995 dan dipakai pada 1999. Kemudian ditargetkan menampung sampah Singapura hingga 2045. Dalam pulau tersebut terdapat 11 buah teluk yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah.

Semuanya dilapisi plastik tebal dan tanah liat laut agar sampah tidak meluber ke laut. Serta untuk memastikan air lindi tetap berada di TPA.

4. Menjadi destinasi wisata

Meskipun tempat pembuangan limbah industri, Pulau Semakau menjadi salah satu pilihan destinasi wisata di Singapura. Hal itu disebabkan karena kerapihan fasilitas dan teknik pengolahan dengan teknologi canggih.

Sehingga menjadikan pulau Semakau sebagai tempat pembuangan sampah yang hidup berdampingan dengan ekosistem laut yang dinamis dan habitat garis pantai.

Baca Juga: Clean Up di Pantai Loji Sukabumi, Ini 6 Cara Daur Ulang Sampah yang Bisa Digunakan

Tak hanya itu, Pulau Semakau menawarkan pendidikan terkait pengelolaan limbah padat serta tur ke fasilitas TPA. Pengunjung juga bisa menikmati berjalan-jalan di tengah pasang surut selama tiga jam saat air surut.

Di sini mereka akan menyaksikan kumpulan tumbuhan bakau, lamun, terumbu karang, kepiting, bintang laut, bunga karang, udang dan tanaman laut menarik lainnya.

Sumber: Tempo.co

Editor : Dede Imran

Tags :
BERITA TERKAIT