Sukabumi Update

Aktivitas Gempa di Gunung Salak Meningkat, PVMBG: Waspada Erupsi Freatik

Visual Gunung Salak 10 Desember 2023 pukul 07.40 WIB dipantau melalui Pos Pengamatan Gunung api (PGA) Gunung Salak di Desa Benda, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. (Sumber : PVMBG)

SUKABUMIUPDATE.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat gempa tektonik di Gunung Salak, Jawa Barat, mengalami peningkatan selama beberapa hari terakhir, pasca gempa bumi magnitudo 4,0 di Barat Daya Kota Bogor, pada Jumat 8 Desember 2023 dini hari.

Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan, pihaknya mencatat gempa tektonik lokal mengalami peningkatan jumlah gempa pada 6 Desember 2023 sebanyak delapan kejadian dan tujuh kali kejadian pada 7 Desember 2023. Kemudian tujuh kejadian pada 8 Desember 2023.

Dari pengamatan kegempaan periode 1-9 Desember 2023, tercatat gempa tektonik jauh yang terekam masih mendominasi yaitu sebanyak 31 kali kejadian dan gempa tektonik lokal sebanyak 22 kali kejadian.

“Gempa Vulkanik sebagai indikasi aktivitas Gunung Salak tidak terekam. Dan aktivitas Gunung api Salak tidak mengalami peningkatan aktivitas vulkanik dan tetap berada pada Level I atau normal,” kata Hendra dalam keterangan resminya.

Baca Juga: Gempa Darat Bogor M 4,0 Bersifat Merusak, Ini Hasil Analisis Badan Geologi

Meskipun dari kegempaan cenderung normal, namun ia mengingatkan masyarakat agar mewaspadai terjadinya erupsi freatik, berupa semburan lumpur atau erupsi uap air (steam explosion) yang dapat terjadi tiba-tiba, pasca terjadinya kenaikan gempa tektonik lokal beberapa hari lalu tersebut.

“Di musim hujan, tingkat kelembaban udara di sekitar kawah akan lebih tinggi, sehingga gas-gas vulkanik akan sulit terurai, yang menyebabkan konsentrasi gas-gasnya akan meningkat dan dapat membahayakan kehidupan,” jelasnya.

Kendati Gunung Salak tidak mengalami peningkatan aktivitas vulkanik, namun masyarakat dan wisatawan disarankan untuk tidak memasuki kawah dalam radius 500 meter. Seperti kawah-kawah yang aktif di Gunung Salak yaitu Kawah Ratu, Kawah Hirup, dan Kawah Paeh.

"Terutama di musim hujan, untuk menghindari terjadinya akumulasi gas yang berbahaya," ujarnya.

Selain itu, Hendra mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Salak agar tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Salak.

“Serta dapat melakukan kegiatan seperti biasa dan agar selalu mengikuti arahan dari BPBD setempat,” tandasnya.

Sekadar diketahui, Gunung Salak merupakan salah satu Gunung api strato Tipe A dengan ketinggian ± 2210 mdpl. Secara administratif berada di wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, serta dipantau melalui Pos Pengamatan Gunung api (PGA) Gunung Salak di Desa Benda, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi.

Berdasarkan catatan PVMBG, erupsi terakhir Gunung Salak terjadi tahun 1938 berupa erupsi freatik dari Kawah Cikuluwung Putri. Sejak itu kegiatan terakhir hanya berupa bualan lumpur di Kawah Ratu dan Kawah Hirup serta tembusan solfatara dan fumarol di Kawah Ratu.

Editor : Denis Febrian

Tags :
BERITA TERKAIT