Sukabumi Update

8 Fenomena Hujan Meteor yang Akan Terjadi Sepanjang Tahun 2024

Ilustrasi - 8 Fenomena Hujan Meteor yang Akan Terjadi Sepanjang Tahun 2024 (Sumber : Freepik/wirestock)

SUKABUMIUPDATE.com - Bagi yang gemar mengamati fenomena astronomi, tahun 2024 ini akan dimanjakan dengan sejumlah fenomena hujan meteor yang akan menghiasi langit malam.

Saat puncak hujan meteor yang terjadi, jumlah meteor yang akan melintasi Bumi jumlahnya beragam mulai dari belasan hingga ratusan meteor per jamnya.

Namun, perlu diingat, jika ingin berburu meteor bisa datang ke lokasi yang gelap dan jauh dari polusi cahaya pada saat hujan meteor mencapai maksimum.

Selain itu, jangan lupa juga memperhitungkan fase Bulan untuk mengetahui apakah cahaya dari Bulan akan menambah terang langit malam dan jadi tantangan tersendiri untuk melihat meteor.

Baca Juga: Camping Nyaman di Bogor, Berenang Tengah Hutan dan Ada Sungainya Juga

Dikutip dari laman Langit Selatan, berikut deretan fenomena hujan meteor yang akan menghiasi langit sepanjang tahun 2024.

1. Hujan Meteor Quadrantid (3 – 4 Januari)

Tahun 2024 akan diawali oleh pertunjukkan hujan meteor Quadrantid di langit dari tanggal 26 Desember – 14 Januari. Puncak hujan meteor Quadrantid akan berlangsung tanggal 3 – 4 Januari 2024 dan tampak muncul dari rasi Bootes yang terbit pukul 02:46 WIB di arah timur laut. Bulan seperempat akhir yang terbit tengah malam cukup terang untuk jadi tantangan dalam berburu meteor Quadrantid.

Berbeda dengan hujan meteor lainnya, intensitas maksimum hujan meteor Quadrantid hanya terjadi beberapa jam. Quadrantid berasal dari puing asteroid 2003 EH1 saat mengelilingi Matahari setiap 5,52 tahun. Saat malam puncak, pengamat bisa menikmati setidaknya 121 meteor per jam yang bergerak dengan kecepatan 41 km/detik.

Baca Juga: Ada Hujan Meteor dan Perihelion, 12 Fenomena Langit Januari 2024

Akan tetapi, bagi pengamat di belahan Bumi Selatan, hujan meteor Quadrantid tidak sebaik pengamat di Utara dan banyaknya meteor yang bisa dinikmati juga lebih sedikit.

2. Hujan Meteor Lyrid (21 – 22 April)

Hujan meteor yang berasal dari debu ekor komet Thatcher C/1861 G1 akan mencapai puncak tanggal 23 April. Setiap tahun, hujan meteor Lyrid berlangsung dari 15 – 29 April dan bisa diamati setelah rasi Lyra yang jadi arah datangnya, terbit pukul 22:08 WIB. Bulan cembung besar tampak sepanjang malam dan cahaya dari Bulan bisa jadi tantangan tersendiri dalam berburu meteor.

Untuk pengamat yang ingin berburu meteor, waktu terbaik untuk pengamatan mulai tengah malam ketika arah datang Lyrid sudah cukup tinggi sekitar 30º di atas horison.

Baca Juga: Resep Papais Pisang Nagasari, Kue Basah yang Suka Jadi Konsumsi

Saat Lyrid mencapai intensitas maksimum, pengamat hanya bisa melihat 18 meteor per jam yang bergerak dengan kecepatan 49 km/detik.

3. Hujan Meteor Eta Aquarid (5-6 Mei)

Dimulai tanggal 15 April – 27 Mei, hujan meteor Eta Aquarid yang berasal dari sisa komet Halley akan mencapai maksimum tanggal 6 Mei. Hujan meteor tersebut akan tampak tampak datang dari rasi Aquarius dan bisa diamati setelah lewat tengah malam sampai jelang fajar, setelah rasi Aquarius terbit pukul 01:21 WIB.

Di malam puncak, seharusnya pengamat bisa melihat 60 meteor yang berasal dari sisa komet Halley setiap jam dengan kecepatan 66,9 km/detik. Bulan sabit yang terbit dini hari akan memberi kesempatan perburuan hujan meteor yang bebas cahaya dari Bulan.

Baca Juga: Mulai Musim Hujan, Curug di Majalengka Ini Syahdunya Gak Ada Lawan

4. Hujan Meteor Delta Aquarid Selatan (30-31 Juli)

Hujan meteor Delta Aquarid merupakan hujan meteor yang berasal dari pecahan komet Marsden dan Kracht Sungrazing. Sama seperti eta Aquarid, hujan meteor delta Aquarid selatan yang berlangsung dari 12 Juli – 23 Agustus, juga tampak berasal dari rasi Aquarius. Hujan meteor ini akan mencapai puncaknya pada tanggal 31 Juli dengan 25 meteor per jam dengan kecepatan 41 km/det.

Hujan meteor Aquarid sudah bisa diamati sejak pukul 19:42 WIB sampai fajar menyingsing. Bulan sabit baru terbit jelang dini hari sehingga pengamat bisa berburu meteor tanpa banyak gangguan cahaya Bulan.

5. Hujan Meteor Perseid (12-13 Agustus)

Dimulai tanggal 17 Juli – 24 Agustus hujan meteor Perseid yang berasal dari debu komet Swift-Tuttle tersebut akan mencapai puncak tanggal 13 Agustus. Di malam puncak diperkirakan 100 meteor akan melintas setiap jam dan tampak datang dari rasi Perseus. Untuk lokasi pengamatan yang bebas polusi cahaya, pengamat bisa menyaksikan setidaknya 50-75 meteor setiap jam.

Baca Juga: 10 Tips Merawat Sepatu Saat Musim Hujan, Rutin Dibersihkan Ya!

Rasi Perseus baru terbit tengah malam yakni pukul 00:14 WIB dari arah timur laut. Bulan yang terbenam tengah malam memberikan kesempatan berburu meteor tanpa cahaya Bulan.

6. Hujan Meteor Orionid (21-22 Oktober)

Hujan meteor Orionid yang berasal dari sisa debu komet Halley akan kembali menghiasi langit malam dari 2 Oktober sampai 7 November. Sesuai namanya, hujan meteor Orionid tampak muncul dari rasi Orion si Pemburu dan mencapai puncak pada tanggal 21 Oktober.

Saat malam puncak, hujan meteor Orionid memproduksi 25 meteor per jam dengan laju 66 km/detik. Radian hujan meteor Orionid terbit pada pukul 22:15 WIB dan pengamat bisa menikmati kehadiran hujan meteor ini sampai jelang fajar. Bulan Cembung besar yang terbit pukul 21:42 WIB bisa jadi salah satu faktor pengganggu dalam berburu meteor.

Baca Juga: 10 Ciri-Ciri Orang Stres Sendiri, Berat Badan Menurun!

7. Hujan Meteor Leonid (17 – 18 November)

Hujan meteor Leonid tahunan yang satu ini berlangsung dari 6 – 30 November. Intensitas maksimum akan terjadi pada tanggal 17 – 18 November. Pengamat yang berburu Leonid bisa menikmati 15 meteor per jam yang melaju dengan kecepatan 71 km/det.

Hujan meteor Leonid yang berasal dari sisa debu komet Tempel-Tuttle akan tampak datang dari arah rasi Leo. Pengamat di Bumi baru bisa menyaksikan 100 meteor Leonid per jam saat komet ini kembali pada tahun 2031 dan 2064. Dan bisa jadi akan ada badai meteor Leonid pada tahun 2099.

Bagi pemburu meteor, rasi Leo baru akan terbit tengah malam pada pukul 00:17 WIB. Bulan cembung besar terbit pukul 19:22 WIB bisa jadi faktor yang menantang para pengamat untuk melihat kehadiran meteor.

8. Hujan Meteor Geminid (13-14 Desember)

Hujan meteor Geminid akan menjadi merupakan atraksi menarik di langit malam dengan 150 meteor per jam pada saat mencapai maksimum.

Hujan meteor yang tampak datang dari rasi kembar Gemini ini berlangsung dari tanggal 4— 20 Desember dengan intensitas maksimum akan terjadi tanggal 14 Desember. Hujan meteor Geminid yang berasal dari puing-puing asteroid 3200 Phaethon, melaju dengan kecepatan 35 km/detik dan bisa dinikmati kehadirannya setelah rasi Gemini terbit pukul 20:01 WIB.

Bulan cembung besar baru terbenam pukul 04:01 WIB, dan jadi tantangan tersendiri untuk berburu meteor.

Editor : Dede Imran

Tags :
BERITA TERKAIT