Sukabumi Update

“Menghidupkan Kembali” Harimau Jawa dari Cipeundeuy Pajampangan, Sukabumi Selatan

Dokumentasi tahun 1939, Harimau Jawa di Ujungkulon (Sumber: istimewa)

SUKABUMIUPDATE.com - Setelah 43 tahun dinyatakan punah, harapan baru untuk keberlangsungan hidup Harimau Jawa kembali muncul dari Sukabumi Selatan Jawa Barat. Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN, sehelai rambut (bulu) warna kuning bercampur hitam pada 2019 lalu di pinggir jalan Desa Cipeundeuy, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, adalah milik panthera tigris sondaica atau Harimau Jawa.

Wirdateti Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, BRIN mengungkapkan bahwa asa tersebut muncul dari temuan sehelai rambut Harimau Jawa di pagar pembatas antara kebun rakyat dengan jalan desa Cipeundeuy, pada 2019 silam.

Ia menceritakan bahwa sehelai rambut tersebut ditemukan oleh Kalih Raksasewu atas laporan Ripi Yanuar Fajar, berpapasan dengan hewan mirip Harimau Jawa, malam hari 19 Agustus 2019. Ripi adalah seorang penduduk lokal yang berdomisili di desa Cipeundeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat,” tutur Peneliti yang akrab disapa Teti, dikutip dari artikel humas BRIN Minggu (24/3/2024).

Dari serangkaian analisis DNA komprehensif yang telah dilakukan, Teti dan tim menyimpulkan sampel rambut yang ditemukan di Sukabumi Selatan adalah spesies Panthera tigris sondaica atau Harimau Jawa. Termasuk dalam kelompok yang sama dengan spesimen Harimau Jawa koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) pada 1930.

Identifikasi awal Teti bersama tim adalah melakukan studi perbandingan sampel rambut harimau yang ditemukan di Sukabumi Selatan dengan spesimen Harimau Jawa koleksi MZB. Kemudian beberapa subspesies sampel harimau lain, yaitu Harimau Bengal, Amur dan Sumatra, serta Macan Tutul Jawa yang digunakan sebagai kontrol.

“Hasil perbandingan antara sampel rambut Harimau Sukabumi menunjukkan kemiripan sebesar 97,06 % dengan Harimau Sumatera, dan 96,87 dengan Harimau Benggala. Sedangkan spesimen Harimau Jawa koleksi MZB memiliki 98,23 kemiripan dengan Harimau Sumatera,” jelas Teti.

Sementara itu, hasil studi pohon filogenetik menunjukkan sampel rambut Harimau Sukabumi dan spesimen harimau koleksi MZB berada dalam kelompok yang sama, namun terpisah dari kelompok subspesies harimau lain. Selanjutnya, Macan Tutul Jawa berdasarkan sampel yang diperoleh dari spesimen MZB.

Untuk memperkuat observasi, Teti bersama tim melakukan wawancara mendalam dengan Ripi Yanuar Fajar yang melihat harimau tersebut. Wawancara dilakukan saat survei pada 15-19 Juni 2022 di lokasi penemuan sampel rambut.

Peniliti BRIN pada 2022 cek penemuan sehelai rambut yang saat itu diduga milik harimau jawa yang sempat berkeliaran di lokasi tersebut.Peniliti BRIN pada 2022 cek penemuan sehelai rambut yang saat itu diduga milik harimau jawa yang sempat berkeliaran di lokasi tersebut.

Teti menjelaskan, analisis genetik DNA memiliki tingkat sensitivitas yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan konservasi dan mengklarifikasi ketidakpastian taksonomi. Berikutnya, merekonstruksi filogeografi dan demografi untuk menyelidiki nenek moyang genetik subspesies.

Teti juga menambahkan, ekstraksi DNA total yang dilakukan menggunakan Dneasy Blood & Tissue Kit sesuai protokol. Protokol tersebut telah dimodifikasi dengan menambahkan proteinase, karena tingginya kandungan protein pada rambut.

“Amplifikasi PCR seluruh sitokrom b mtDNA dilakukan dengan primer khusus untuk harimau. Selanjutnya, seluruh hasil sekuens nukleotida disimpan menggunakan BioEdit dan diserahkan ke GenBank. Urutan komplemen antara primer forward dan reverse diedit menggunakan Chromaspro. Semua urutan nukleotida dugaan Harimau Jawa dibandingkan dengan data sekuen Genbank National Center for Biotechnology Information (NCBI). Penyelarasan DNA dilakukan menggunakan Clustal X dan data dianalisis menggunakan MEGA,” jelas Teti yang menegaskan jika selain menemukan rambut, di lokasi juga ditemukan bekas cakaran mirip harimau yang semakin menguatkan untuk observasi lanjutan.

Harimau Jawa merupakan hewan endemik Pulau Jawa dan tersebar luas di hutan dataran rendah, semak belukar, dan perkebunan. Sayangnya, sejak hewan ini diburu karena dianggap hewan pengganggu dan habitatnya diubah menjadi lahan pertanian dan infrastruktur, keberadaanya semakin hilang.

Baca Juga: Waspada, BMKG Prediksi Cuaca Jawa Barat Hujan Angin dan Petir Dalam Sepekan ke Depan

Lalu apakah harimau jawa masih ada di alam liar? Teti jawabannya masih perlu dikonfirmasi dengan studi genetik dan lapangan lebih lanjut.

Sebagai literasi, Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengkategorikan harimau Jawa Panthera tigris sondaica sejak 1980 an, dan Harimau Bali P. tigris balica telah punah berdasarkan assesment pada 2008 dari IUCN. Penampakan terakhir Harimau Jawa terkonfirmasi di Meru Betiri Taman Nasional, Jawa Timur pada 1976. Sementara saat ini, hanya Harimau Sumatera P. tigris sumatrae yang masih tersisa di Indonesia.

Editor : Fitriansyah

Tags :
BERITA TERKAIT