Sukabumi Update

Sukabumi Tiris! Seruakan Dingin (Cold Surge) dan Kombinasi Fenomena Sebabkan Angin Kencang

Ilustrasi - Fenomena Seruakan Udara Dingin atau Cold Surge dan kombinasi fenomena lainnya sebabkan angin kencang beberapa wilayah Indonesia khususnya Jawa Barat. (Sumber : Pixabay.com/@fietzfotos).

SUKABUMIUPDATE.com - Cuaca dalam beberapa hari terakhir terasa semakin dingin, dengan angin kencang berhembus di sejumlah daerah di Jawa Barat, terutama Sukabumi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui laman resminya telah mengeluarkan prakiraan cuaca untuk akhir Januari 2025.

BMKG memperkirakan kondisi cuaca untuk periode 28 Januari hingga 3 Februari 2025. Pada penghujung Januari, BMKG mengeluarkan peringatan siaga terhadap potensi hujan lebat di beberapa wilayah Indonesia.

Dalam satu minggu terakhir, tingkat kelembapan udara di Indonesia mengalami peningkatan yang disebabkan oleh penguatan Monsun Asia. Monsun ini membawa massa udara lembap dalam jumlah besar. Selain itu, fenomena Seruakan Dingin (Cold Surge) juga terpantau cukup signifikan dalam tiga hari terakhir, yang semakin memperburuk kondisi cuaca.

Dampak dari fenomena ini adalah meningkatnya curah hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat di sejumlah wilayah Indonesia, terutama di bagian barat dan selatan. Selain itu, faktor atmosfer lain seperti La Niña, Madden Julian Oscillation (MJO), serta gelombang atmosfer turut berperan dalam memperparah kondisi cuaca ekstrem di berbagai daerah.

Meskipun La Niña saat ini dalam kondisi lemah, fenomena ini tetap berkontribusi dalam meningkatkan curah hujan, khususnya di wilayah tropis. Aktivitas MJO di bagian barat Indonesia, bersama dengan gelombang atmosfer ekuator lainnya seperti Gelombang Rossby Ekuator dan Gelombang Kelvin, mendukung pembentukan awan konvektif yang berpotensi memicu hujan lebat.

Selain itu, keberadaan pola sirkulasi siklonik yang terdeteksi di beberapa lokasi, seperti Selat Karimata, Laut Halmahera, Laut Arafuru, hingga Samudra Hindia Selatan Jawa, turut memperbesar peluang terjadinya hujan dengan intensitas tinggi di wilayah tersebut.

Kombinasi berbagai fenomena atmosfer ini meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang yang dapat menyebabkan pohon tumbang. Memasuki akhir Januari hingga awal Februari, sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan akan mengalami puncak musim hujan.

Oleh karena itu, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana diimbau untuk tetap waspada dan terus memperbarui informasi dari BMKG agar dapat mengantisipasi dampak cuaca ekstrem yang mungkin terjadi.

Ilustrasi - Prakiraan cuaca wilayah Jawa Barat 25 Mei 2024 dimana cuaca berawan berpotensi terjadi di berbagai wilayah termasuk Sukabumi dan sekitarnya.Ilustrasi Cuaca Dingin dan Angin Kencang. | pexels.com/Gabriela Palai

Dinamika Atmosfer dalam Sepekan ke Depan

BMKG terus melakukan pemantauan terhadap berbagai fenomena atmosfer yang berpengaruh terhadap kondisi cuaca di Indonesia. Menjelang akhir Januari, angin Monsun Asia masih menjadi faktor dominan yang memicu terjadinya hujan. Selain itu, potensi curah hujan meningkat akibat beberapa faktor lain, seperti Madden Julian Oscillation (MJO) yang kini memasuki fase 3 di Samudra Hindia Timur, fenomena La Niña dalam kondisi lemah, serta aktivitas gelombang atmosfer yang signifikan.

MJO diperkirakan akan memberikan dampak pada beberapa daerah, di antaranya Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Utara. Selain itu, gelombang atmosfer yang mendukung pembentukan awan konvektif juga terdeteksi di berbagai wilayah.

Gelombang Rossby Ekuator saat ini terlihat di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Gelombang ini bergerak ke arah Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB), yang berpotensi meningkatkan curah hujan di wilayah-wilayah tersebut. Sementara itu, Gelombang Kelvin terpantau di bagian tengah dan timur Indonesia, mencakup wilayah Kalimantan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, serta Sumatera pada awal Februari.

Dalam beberapa hari terakhir, indeks seruakan udara dingin mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan diperkirakan akan mencapai wilayah Selat Karimata hingga bagian barat Pulau Jawa menjelang akhir Januari. Seruakan udara dingin ini merupakan pergerakan massa udara dingin dari Siberia menuju wilayah ekuator.

Dampak dari fenomena ini dapat berupa cuaca ekstrem, seperti curah hujan tinggi dan angin kencang di berbagai daerah di Indonesia.

Selain itu, sirkulasi siklonik juga terpantau di beberapa wilayah, antara lain Samudra Hindia bagian selatan Sumatera, Samudra Hindia selatan Jawa, serta Laut Australia. Fenomena ini menciptakan daerah konvergensi yang meliputi Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Maluku Utara, hingga Papua Barat.

Di samping itu, pola belokan angin yang terjadi dari Sumatera Selatan hingga Papua turut meningkatkan potensi pembentukan awan hujan di kawasan tersebut.

Gabungan dari berbagai fenomena atmosfer, seperti seruakan udara dingin, sirkulasi siklonik, daerah konvergensi, serta pola belokan angin, berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan di beberapa daerah, termasuk Aceh, Sumatera Utara, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Oleh karena itu, masyarakat di berbagai wilayah perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi dalam waktu dekat.

Perkiraan Cuaca untuk Sepekan ke Depan

BMKG memproyeksikan bahwa kondisi cuaca di Indonesia pada periode 28–30 Januari 2025 umumnya akan berawan hingga mengalami hujan ringan. Namun, beberapa wilayah diperkirakan akan mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat, yang berpotensi disertai kilat, petir, serta angin kencang.

Wilayah yang diprediksi mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat meliputi Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Banten, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua, serta Papua Selatan.

Sementara itu, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat diperkirakan terjadi di Sumatera Utara, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Jakarta, Jawa Tengah, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, serta Maluku Utara.

Beberapa daerah diprediksi akan mengalami hujan dengan intensitas sangat lebat hingga ekstrem, khususnya Sumatera Barat dan Jawa Barat.

Selain itu, potensi angin kencang juga terdeteksi di beberapa wilayah, yakni Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

PERINGATAN DINI ANGIN KENCANG

Kamis, 30 Januari 2025

  • Aceh
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur -Kalimantan Barat
  • Lampung - Maluku
  • Nusa Tenggara Barat 
  • Nusa Tenggara Timur 
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tenggara

 

Jumat, 31 Januari 2025

  • Jawa Barat
  • Jawa Timur 
  • Maluku
  • Nusa Tenggara Barat 
  • Nusa Tenggara Timur 
  • Sulawesi Selatan

 

Sabtu, 01 Februari 2025

  • Jawa Barat
  • Jawa Timur
  • Maluku
  • Nusa Tenggara Barat 
  • Nusa Tenggara Timur 
  • Papua
  • Papua Barat

 

Dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem ini, BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk menjaga kesiapsiagaan dalam mengantisipasi risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan genangan air, terutama di wilayah rawan.

BMKG juga menghimbau kepada masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, seperti situs web www.bmkg.go.id, media sosial @infobmkg, atau aplikasi infoBMKG.

“Tetap tenang dan siaga menghadapi perubahan cuaca ekstrem, serta pahami langkah evakuasi jika diperlukan. Informasi ini akan terus diperbarui sesuai dengan perkembangan cuaca terbaru,” ungkap BMKG.

 

Editor : Ikbal Juliansyah

Tags :
BERITA TERKAIT