Sukabumi Update

Ratusan Kasus Kaki Gajah di Sukabumi, Cari Tahu Penyebab dan Gejala Filariasis!

SUKABUMIUPDATE.com - Penyakit Kaki Gajah dalam istilah meid disebut sebagai filariasis. Per tahun 2019, Kabupaten Sukabumi memiliki total 108 kasus filariasis, sementara kota Sukabumi tercatat memiliki 25 kasus di tahun yang sama.


Penyakit Kaki gajah atau filariasis termasuk salah satu penyakit yang dapat menyerang siapapun tanpa mengenal usia. Penyakit Kaki gajah bahkan tidak hanya menyerang manusia saja, tetapi infeksi filariasis juga dapat menyerang hewan.


Sukabumi termasuk salah satu daerah yang memiliki kasus Penyakit kaki gajah atau filariasis. Per tahun 2019, Kabupaten Sukabumi memiliki total 108 kasus filariasis, sementara kota Sukabumi tercatat memiliki 25 kasus di tahun yang sama.


Data tersebut bersumber dari situs Open Data Provinsi Jawa Barat tentang Data Jumlah Penderita Kronis Filariasis Berdasarkan Kategori Kasus dan Jenis Kelamin di Jawa Barat. 


Dari 108 kasus filariasis di Kabupaten Sukabumi, 60 kasus menyerang perempuan sementara 48 kasus lainnya terjadi pada laki-laki.


Sedangkan untuk kota Sukabumi, dari 25 kasus filariasis yang tercatat, 14 kasus terjadi pada laki-laki dan 11 pada perempuan. 


Kasus Filariasis Sukabumi

• Wilayah : Kabupaten Sukabumi

• Jumlah Total Kasus Filariasis : 108

• Perempuan : 60

• Laki-laki : 48

• Wilayah : Kota Sukabumi

• Jumlah Total Kasus Filariasis : 25

• Perempuan : 11

• Laki-laki : 14


Melansir dari berbagai sumber, inilah penyebab dan gejala filariasis atau kaki gajah yang wajib kamu tahu!


1. Tentang Penyakit Kaki Gajah atau Filariasis dan Penularannya

Filariasis merupakan salah satu infeksi yang disebabkan oleh cacing. Jenis cacing penular Filariasis adalah cacing filaria yang dapat menyerang hewan maupun manusia.

Meskipun, ada banyak jenis parasit filaria, tetapi beberapa spesies yang dapat menyebabkan infeksi filariasis diantaranya spesies Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.

Cacing filaria ditularkan dengan perantaraan nyamuk sebagai vektornya. Apabila penyakit DBD atau Malaria ditularkan oleh satu jenis nyamuk tertentu -Aedes Aegypti dan Culex sp--, penyakit kaki gajah justru dapat ditularkan oleh semua jenis nyamuk, baik genus Anopheles, Culex, Aedes, hingga Armigeres.


2. Mekanisme Infeksi Penyakit Kaki Gajah atau Filariasis

Kasus filariasis dikelompokkan berdasarkan lokasi habitat tumbuhnya cacing dewasa di dalam tubuh manusia, yakni filariasis kulit, limfatik, dan rongga tubuh.

Adapun, kasus yang paling sering terjadi adalah filariasis limfatik, yang saat ini dikenal dengan sebutan Penyakit kaki gajah atau elephantiasis.

Parasit cacing filaria masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Cacing kemudian akan tumbuh dewasa, bertahan hidup selama enam sampai delapan tahun, dan berkembang biak dalam jaringan limfa manusia.

Infeksi filariasis umumnya dialami sejak masa kanak-kanak sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik. 

Kerusakan limfatik biasanya tidak disadari sampai terjadi pembengkakan yang parah dan menyakitkan. Bahayanya, pembengkakan tersebut akan menyebabkan cacat permanen di kemudian hari.


3. Gejala Penyakit Kaki Gajah atau Filariasis

Berdasarkan gejalanya, Penyakit kaki gajah terbagi menjadi tiga kategori, yaitu tanpa gejala, akut, dan kronis. 


a. Filariasis Limfatik Tanpa Gejala

Infeksi penyakit kaki gajah tanpa gejala terjadi tanpa menunjukkan gejala apapun.

Meskipun demikian, infeksi kaki gajah kategori satu ini tetap dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan limfa dan ginjal manusia. 

Infeksi penyakit kaki gajah yang tidak disadar bahkan dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.


b. Filariasis Limfatik Akut

Kategori ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu adenolimfangitis akut (ADL) dan limfangitis filaria akut (AFL). 

• Adenolymphangitis akut (ADL)

Pengidap Adenolymphangitis akut (ADL) memiliki beberapa gejala yang akan muncul seperti demam, pembengkakan noda limfa atau kelenjar getah bening (limfadenopati), dan bagian tubuh yang terinfeksi terasa sakit, bengkak, dan merah.

Pengidap ADL bisa kambuh lebih dari satu kali dalam setahun, terutama saat musim hujan.

Cairan yang menumpuk dapat merusak kulit akibat infeksi jamur sehingga pembengkakan bisa semakin parah jika ADL sering kambuh.

• Limfangitis filaria akut (AFL)

Berbeda dengan ADL, Limfangitis filaria akut (AFL) adalah Filariasis Limfatik Akut yang disebabkan oleh cacing-cacing dewasa yang sekarat. 

Oleh karena itu, pengidap AFL biasanya tak disertai gejala demam atau infeksi lain seperti ADL. 

Namun, gejala AFL dapat memicu timbulnya benjolan-benjolan kecil pada bagian tubuh dimana cacing-cacing sekarat berkumpul. Misalnya, di dalam skrotum atau pada sistem kelenjar getah bening.


c. Filariasis Limfatik Kronis

Kategori Filariasis Limfatik Kronis akan membuat limfedema atau pembengkakan pada kaki dan lengan akibat penumpukkan cairan.


Sistem kekebalan tubuh yang lemah ditambah dengan infeksi  dan limfedema dapat menyebabkan kerusakan dan penebalan lapisan kulit. Istilah medis dari kondisi inilah yang disebut dengan adalah elefantiasis.


Selain elefantiasis, penumpukkan cairan tersebut juga bisa berdampak pada rongga perut, payudara perempuan dan testis laki-laki.


Sumber : WHO,Halodoc


Writer: Nida Salma M 

Editor : Fitriansyah

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI