Sukabumi Update

Hari Gizi Nasional Jadi Momentum Pengingat Parenting Anak, Ini Kata Pakar Nutrisi

Ilustrasi. Hari Gizi Nasional Jadi Momentum Pengingat Parenting Anak (Sumber : pixabay.com)

SUKABUMIUPDATE.com - Indonesia memperingati tanggal 25 Januari sebagai Hari Gizi Nasional. Jika mengaitkan dengan fenomena viral maka jelas berkaitan menyinggung soal asupan makan bagi anak.

Ya, kasus viral tersebut yakni seorang ibu yang memberikan kopi sachet hingga susu kental manis kepada anaknya yang baru berusia 7 bulan.

Hari Gizi Nasional tak hanya momentum tahunan sebagai wujud formalitas belaka, melainkan upaya peringatan bagi seluruh masyarakat akan pentingnya asupan makanan, terutama bagi anak.

Pakar nutrisi dan penyakit metabolik anak, Prof. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Ph.D, SpA(K), kemudian mengingatkan betapa pentingnya asupan protein hewani untuk mencegah stunting.

"Stunting itu sebenarnya bisa terjadi pada saat lahir, 20 persen pada bayi yang lahir prematur dan berat badan lahir rendah. Kemudian 20 persen lagi bisa terjadi pada saat pemberian ASI, 50 persen karena MPASI (makanan pendamping ASI), di mana bayi tidak mendapat protein hewani yang cukup," kata Damayanti, dikutip via Tempo, Rabu (25/1/2023).

Baca Juga: Heboh Botol Miras di Setda Palabuhanratu Sukabumi, Ini Respons Bupati

Hari Gizi Nasional 2023 mengusung tema "Protein Hewani Cegah Stunting". Untuk mencegah stunting, Damayanti mengatakan setiap batita perlu mendapat asupan protein dari ayam, telur, daging cincang, ikan, hingga susu sapi UHT. Porsinya pun harus tepat agar kebutuhan protein harian anak tercukupi dengan baik.

"Umur 6 sampai 8 bulan itu 70 persen sumber energi itu masih dari ASI. Jadi dari MPASI hanya 30 persen, yaitu 200 kkal. Kebutuhan protein harian untuk usia ini 15 gram atau 30 persen protein hewani minimal yang harus terpenuhi. Jadi, kasih satu butir telur ayam masih bisa di usia 6 sampai 8 bulan dalam sehari," jelas pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

"Kalau 9 sampai 11 bulan dia perlu 15 gram protein per hari, jadi satu butir telur ayam sama 1/2 hati ayam. Atau dalam 12 sampai 24 bulan, ASI-nya cuma tinggal 30 persen, sisanya harus dilengkapi MPASI, termasuk protein 20 gram per hari, jadi satu butir telur ayam dengan 30 gr ikan kembung, tambah satu susu UHT," imbuhnya.

Sementara itu, untuk anak berusia 24-60 bulan, Damayanti menjelaskan kebutuhan energi MPASI-nya sebesar 1.400 kkal atau 25 gram protein per hari sehingga orang tua dapat memberikan dua butir telur, satu hati ayam atau 30 gram daging merah, dua susu UHT atau 30 gram teri nasi.

Baca Juga: Kenali 6 Bahasa Tubuh Wanita, Tanda-Tanda Dia Jatuh Cinta Padamu

Parenting Anak: Aturan makan balita 12-24 bulan

Untuk contoh aturan makan balita berusia 12-24 bulan, Damayanti mengatakan bisa dengan memulai memberikan ASI pada pukul 06.00. Setelah itu bisa dilanjutkan dengan makan pagi berprotein seperti ikan, ayam, daging, atau telur. Minimal protein hewani harian bisa dipenuhi dengan sebutir telur ayam, 30 gram ikan kembung, dan satu susu UHT full cream 125 ml.

Pukul 10.00 ibu bisa memberikan camilan dengan satu susu UHT 125 ml. Pada jam makan siang ibu bisa memberikan kembali protein hewani melalui ikan, ayam, daging, atau telur.

Selanjutnya pada pukul 14.00, ibu bisa kembali memberikan ASI. Memasuki sore hari pukul 16.00, ibu bisa kembali memberikan camilan yang dilanjutkan makan malam yang mengandung protein hewani. Saat menjelang jam tidur pukul 20.00 ibu bisa memberikan ASI kepada anak.

Baca Juga: Kuota 100 Orang, Rekrutmen SIPSS Calon Anggota Polri 2023 Dibuka! Cek Syaratnya

Jika anak mengalami Gerakan Tutup Mulut (GTM), Damayanti mengimbau orang tua juga memperhatikan rasa hingga tekstur MPASI yang diberikan kepada anak. Misalnya, salah satu cara yang bisa digunakan dengan memperkenalkan menu makanan kesukaan ibu namun disajikan dalam porsi dan tekstur yang berbeda.

"Saya waktu itu pernah dapat pasien ASI eksklusif. Tapi 9 bulan tiba-tiba dia stop makan, GTM. Bapak ibunya bingung. Pas saya lihat itu makanannya awut-awutan begitu. Saya tanya apa orang tuanya juga nyoba makanan anaknya?" terang Damayanti.

"Sekarang ibunya suka makan apa? Suka makan steak katanya. Hamil juga suka makan steak. Artinya, ASI ibunya juga sudah rasa steak. Ya sudah kasih makannya steak yang dicincang. Jadi makanan keluarga saja yang dikenalkan cuma teksturnya yang dibedakan." dikutip Rabu (25/1/2023).

Sumber : Tempo.co

Editor : Nida Salma Mardiyyah

Tags :
BERITA TERKAIT