Sukabumi Update

Perbedaan Autisme dan Psikosis di Lingkup Gangguan Kesehatan Mental

Ilustrasi. Orang Depresi | Perbedaan Autisme dan Psikosis di Lingkup Gangguan Kesehatan Mental (Sumber : pixabay.com/@MałgorzataTomczak)

SUKABUMIUPDATE.com - Autisme disebut juga gangguan spektrum autisme (ASD), adalah kondisi neurodevelopmental yang memengaruhi perkembangan sosial, komunikasi, dan perilaku individu.

Autisme berupa ASD termasuk spektrum karena ada berbagai tingkat dan variasi tentang bagaimana kondisi ini memengaruhi individu tertentu.

Diketahui, Autisme dan Psikosis adalah dua gangguan mental yang sering kali menjadi subjek penelitian intensif di bidang kesehatan mental.

Baca Juga: 9 Ciri Anak Laki-laki Kurang Kasih Sayang Ibu, Merasa Tidak Dicintai

Meskipun kedua gangguan mental tersebut (Autisme dan Psikosis) berbeda dalam banyak aspek, ada beberapa overlap dalam gejala dan kondisi tertentu. Ini menjadi hal yang mungkin menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan kaitan antara keduanya (Autisme dan psikosis).

Perbedaan Autisme dan Psikosis di Lingkup Gangguan Kesehatan Mental

Autisme adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi cara individu berinteraksi dengan dunia di sekitarnya. Dikutip dari WebMD via Tempo, autis berupa gangguan spektrum, berarti mempengaruhi orang dengan cara dan tingkat yang berbeda-beda.

Biasanya, autis muncul pada usia 2 atau 3 tahun. Beberapa ciri khas Autisme meliputi kesulitan dalam berkomunikasi, keterbatasan dalam bermain sosial, ketertarikan yang kuat pada hal-hal tertentu, serta perilaku berulang yang khas.

Baca Juga: 8 Ciri Orang yang Terlihat Baik-Baik Saja Padahal Banyak Masalah Hidup

Sementara itu, Psikosis adalah kondisi mental yang memengaruhi pemikiran, persepsi, emosi, dan keterhubungan dengan realitas.

Dikutip dari Cleveland Clinic, psikosis istilah untuk kumpulan gejala yang terjadi ketika seseorang kesulitan membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak. Gejala Psikosis mencakup halusinasi, delusi, pikiran yang terputus-putus, dan perubahan emosi yang signifikan.

Kemungkinan Hubungan Autisme dan Psikosis

Menurut publikasi Recognizing Psychosis in Autism Spectrum Disorder yang terbit di National Center for Biotechnology Information, jika secara historis skizofrenia dan autisme dinilai memiliki kaitan yang erat.

Baca Juga: 10 Ciri Anak Laki-laki Kurang Kasih Sayang Orang Tua, Ada Masalah Emosional

Meskipun melalui studi epidemiologi, kedua sindrom mental ini telah dipertimbangkan kembali sebagai dua entitas yang berbeda, masing-masing memiliki karakteristik, perjalanan klinis, dan permulaan yang khas.

Namun, terdapat bukti kuat mengenai tingginya tingkat komorbiditas antara Autisme dan Psikosis. Menurut literatur, hingga 34,8 persen pasien dengan diagnosis gangguan spektrum autisme (ASD) dapat menunjukkan gejala psikotik dan, demikian pula, ciri-ciri autis telah dilaporkan pada pasien skizofrenia (SCZ) dengan persentase berkisar antara 3,6 dan 60 persen.

Selain itu, gangguan mental Autis atau ASD memiliki gejala seperti defisit kognitif sosial, serta beberapa perilaku terbatas atau berulang.

Baca Juga: 10 Ciri-Ciri Orang Munafik, Hidupnya Penuh dengan Kepalsuan

Sebuah makalah penelitian, Autism Spectrum Disorder and Clinical High Risk for Psychosis: A Systematic Review and Meta-analisis , yang diterbitkan di Schizophrenia Bulletin Open , menyatakan gejala-gejala ini menunjukkan tumpang tindih antara ASD dan gangguan psikotik.

Dikutip dari Autism Parenting Magazine, para peneliti secara kontroversial menyatakan bahwa Autisme dianggap sebagai awal dari Psikosis. Namun pendapat ini tidak disetujui oleh banyak pendukung autis dan bertentangan dengan beberapa makalah penelitian lain.

Selanjutnya, publikasi Autism Spectrum Disorder and Clinical High Risk for Psychosis: A Systematic Review and Meta-analysis, menunjukkan bahwa tidak diragukan soal ada beberapa kesamaan antara gangguan kejiwaan dan ASD, serta beberapa perbedaan, terutama seputar struktur otak.

Sumber: Tempo.co

Editor : Nida Salma

Tags :
BERITA TERKAIT