Sukabumi Update

Studi di Cina Ungkap Dampak TikTok Terhadap Kesejahteraan Mental Remaja

Sebuah studi di Cina mengungkapkan dampak dari penggunaan media sosial TikTok terhadap kesejahteraan mental remaja (Sumber : pixabay.com/@antonbe)

SUKABUMIUPDATE.com - TikTok menjadi salah satu media sosial yang saat ini paling banyak digunakan terutama di kalangan anak muda atau usia remaja.

Penggunaan media sosial ini sendiri telah lama diketahui memiliki dampak terhadap hidup seseorang. Seperti yang baru-baru ini diungkapkan oleh sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychiatry Research, yang dirilis psypost.org.

Penelitian tersebut berbagi wawasan menarik tentang bagaimana TikTok dan aplikasi video pendek serupa berdampak pada kehidupan remaja.

Baca Juga: Anak Remaja Kerap Terlibat Kekerasan, Ini yang Harus Dilakukan Orang Tua

Dikutip dari Tempo.co, studi yang membedakan antara non-pengguna, pengguna moderat, dan pengguna kecanduan platform ini mengungkapkan bahwa pengguna kecanduan cenderung menderita kondisi kesehatan mental, kinerja akademik, dan hubungan keluarga yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan rekan-rekan mereka.

Penelitian tersebut berjudul "Penggunaan TikTok dan Faktor Psikososial di Kalangan Remaja: Perbandingan Non-Pengguna, Pengguna Sedang, dan Pengguna Adiktif"? yang ditulis oleh Miao Chao, Jing Lei, Ru He, Yunpeng Jiang, dan Haibo Yang di Universitas Normal Tianjin dan Pusat Inovasi Kolaboratif untuk Penilaian dan Promosi Kesehatan Mental, di Cina.

Penelitian sebelumnya telah mengeksplorasi secara luas dampak penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental, menyoroti kekhawatiran akan meningkatnya depresi, kecemasan, dan stres. Namun, dampak dari platform video pendek, yang ditandai dengan kontennya yang singkat namun menarik, masih kurang dipahami hingga saat ini.

Baca Juga: 10 Manfaat Self Talk untuk Kesehatan Mental, Sederhana Tapi Berdampak Nyata

Kesenjangan pengetahuan soal ini yang mendorong tim peneliti untuk menganalisis platform ini dengan membedakan antara pola penggunaan sedang dan adiktif dan kemudian menemukan hubungan pola tersebut dengan berbagai faktor psikososial.

Motivasi di balik penelitian ini berasal dari kebutuhan mendesak untuk memahami implikasi penggunaan aplikasi video pendek di kalangan remaja, kelompok yang dikenal sangat rentan terhadap dampak buruk media sosial.

Dengan semakin populernya TikTok dan platform serupa di kalangan generasi muda, para peneliti ingin mengungkap apakah interaksi digital ini hanya berfungsi sebagai hiburan, atau memiliki konsekuensi yang lebih besar terhadap kesehatan mental, kehidupan akademis, dan hubungan kekeluargaan pengguna muda.

Untuk mengungkap dinamika rumit ini, penelitian ini mensurvei 1.346 remaja di tiga sekolah di Cina. Peneliti mengkategorikan mereka menjadi non-pengguna, pengguna moderat, dan pengguna kecanduan berdasarkan keterlibatan mereka dengan platform video pendek tersebut.

Baca Juga: Satu dari Tiga Remaja Indonesia Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Responden penelitian dinilai dari berbagai bidang, termasuk kondisi kesehatan mental, tekanan akibat yang berhubungan dengan akademis, hubungan orang tua, dan pengalaman perundungan. Analisis korelasional ini memungkinkan para peneliti untuk mengeksplorasi hubungan antara pola penggunaan aplikasi video pendek oleh remaja dan spektrum faktor psikososial.

Pengguna yang kecanduan melaporkan tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang jauh lebih tinggi. Selain itu, mereka menghadapi tantangan akademis yang lebih besar, termasuk tingkat stres yang lebih tinggi, kinerja yang lebih buruk, dan lebih seringnya mereka menjadi korban perundungan.

Hubungan keluarga mereka juga menderita, ditandai dengan pola asuh yang lebih negatif dan tingkat pendidikan orang tua yang lebih rendah.

Sebaliknya, pengguna moderat tidak menunjukkan perbedaan signifikan dalam kesehatan mental atau prestasi akademis dibandingkan dengan non-pengguna, meskipun lingkungan keluarga mereka menunjukkan karakteristik yang berbeda.

Terlepas dari adanya wawasan baru melalui penelitian ini, namun penelitinya mengakui masih adanya sejumlah keterbatasan. Misalnya, ketergantungan penelitian pada data yang dilaporkan sendiri mungkin menimbulkan bias. Penerapan temuan ini di luar demografi remaja Cina juga masih belum pasti.

Selain itu, desain cross-sectional menghalangi pembentukan hubungan sebab dan akibat antara penggunaan aplikasi video pendek dan hasil yang diamati. Para peneliti juga menambahkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan dalam konteks budaya dan kelompok umur yang beragam.

Sumber: Tempo.co

Editor : Dede Imran

Tags :
BERITA TERKAIT