SUKABUMIUPDATE.com - Desa Cimerang di Purabaya Kabupaten Sukabumi Jawa Barat adalah salah satu sentra kerajinan batu hias atau batu akik di Nusantara yang hingga kini tetap bertahan. Desa yang sebagian warganya menggosok rezeki dari batu hias, sekarang ancaman wabah TBC yang makin tak terkendali bahkan terus merenggut korban jiwa.
Kondisi ini dikeluhkan oleh warga Desa Cimerang, Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi. Polusi udara dari proses pemotongan dan penggosokan batu akik, khususnya produsen batu hias sulit ditangani.
Baca Juga: Bikin Bangga! Anggota Satpol PP Sukabumi Ini Raih Medali di Kejurnas Kickboxing
Dilema ini diungkap Kepala Desa Cimerang, Nyanyang Resmana yang menyebut bahwa sentra batu hias yang menjadi komoditas unggulan wilayah tersebut menghadapi masalah kesehatan. Ia mengungkapkan kegiatan penggosokan batu akik di wilayahnya punya sejarah panjang, dari nol hingga menjadi salah satu sentra pengrajin batu hias di Indonesia yang pemasarannya tembus mancanegara.
"Desa Cimerang salah satu potensi terbesarnya adalah batu akik atau batu alam hias. Penghasilannya juga lumayan, apalagi sekarang sudah memiliki pasar hingga mancanegara," kata Nyanyang kepada sukabumiupdate.com, Kamis (24/01/2025).
Baca Juga: Wanita di Surade Sukabumi Dikurung dalam Sel, Jiwanya Terganggu Sejak Suami Meninggal
Namun dibalik keberhasilan ekonomi rakyat ini, dampak lingkungan dan kesehatan kini makin serius. Debu yang dihasilkan dari proses pemotongan dan penggosokan batu, lanjut Nyanyang, sulit ditangani.
Limbah debu dari proses produksi, tak hanya mengancam keselamatan pekerja batu akik terutama yang tidak menerapkan SOP seperti menggunakan masker, juga warga terdekat dari sentra batu hias dan batu akik.
Baca Juga: Pulang ke Rumah, Begini Kabar Dua Anak Korban KDRT Penyiraman Air Keras di Sukabumi
Nyanyang mengungkapkan data mengejutkan terkait dampak kesehatan akibat aktivitas ini. Di bulan Desember 2024, tiga orang warganya meninggal karena TBC, dan ketiganya adalah pekerja dari produksi batu hias.
"Masyarakat Cimerang sudah banyak yang mengidap TBC. Jika ambil data sejak mulai beroperasinya usaha rakyat ini mungkin warga yang meninggal akibat masalah paru-paru dan TBC sudah mencapai 200 orang,” ungkap Nyanyang.
Baca Juga: Telusuri Vibes Jadoel Tempo Doeloe, Bimbim Slank dan Jejak Leluhur di Sukabumi
Masyarakat setempat pun semakin resah karena polusi udara yang kian parah dan menyebar ke pemukiman sekitar, sambung Kades Nyanyang. "Hari demi hari, udara di lokasi tersebut semakin terkontaminasi debu batu. Daun-daun dari tanaman dan pepohonan di sekitar pabrik atau tempat produksi batu akik memutih.”
Ia berharap pemerintah daerah lewat dinas terkait, secepatnya turun untuk mencegah semakin meluasnya masyarakat yang mengalami gangguan paru-paru, khususnya TBC dari polusi industri batu hias di Cimerang.
Baca Juga: Stone Garden Cipatat Bandung, Pesona Wisata Stonehenge Indonesia!
"Kami meminta kepada dinas terkait untuk memberikan perhatian terhadap aktivitas penggosokan batu ini, termasuk sosialisasi dari Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja, dan Dinas Lingkungan Hidup. Jika tidak dipantau dengan baik, debu batu itu dapat membahayakan masyarakat," jelasnya.
Kades Nyanyang menegaskan industri turun-temurun ini ini harus dipertahankan karena menjadi mata pencarian banyak keluarga, namun juga harus kembali di tata sehingga tidak mengancam kesehatan masyarakat.
Baca Juga: Mulai 1 Februari! KA Pangrango Bogor-Sukabumi Layani 8 Perjalanan per Hari, Simak Jadwalnya
"Ini adalah aktivitas yang turun-temurun dari dulu, walaupun dalam izin sama sekali tidak ada surat yang tersedia di desa. Jadi ini hanya sebatas tradisi yang terus beregenerasi," pungkasnya.
Redaksi sukabumiupdate berusaha mendatangi salah satu sentra batu hias di Cimerang untuk mengetahui lebih jauh tentang produksi dan pengelolaan limbah. Namun masih ditolak oleh pengusaha batu Hias di Cimerang.
Kontributor: Turangga Anom
Editor : Fitriansyah