Sukabumi Update

Manipulasi Psikologis, Mengenal Apa Itu Guilt Trip dan Sederet Faktor Penyebabnya

Ilustrasi. Mengenal Apa Itu Guilt Trip dan Sederet Faktor Penyebabnya (Sumber : Freepik/@freepik)

SUKABUMIUPDATE.com - Guilt Trip adalah bentuk manipulasi psikologis yang dilakukan sengaja untuk menimbulkan perasaan bersalah pada orang lain.

Tujuan Guilt Trip biasanya adalah untuk mempengaruhi orang lain agar melakukan sesuatu yang diinginkan sang pelaku.

Misalnya, seseorang yang Guilt Trip mungkin mengatakan, "Jadi kamu ingin meninggalkanku setelah aku berkorban begitu banyak?" untuk membuat pasangannya merasa bersalah dan tetap bersamanya.

Baca Juga: Prediksi Arema FC vs PSS Sleman di BRI Liga 1: H2H dan Susunan Pemain

Guilt Trip sering kali terjadi dalam hubungan romantis, persahabatan, atau keluarga, dan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental korban, seperti menimbulkan stres, depresi, atau kecemasan.

Penyebab Guilt Trip

Guilt Trip dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk dinamika hubungan dan latar belakang emosional orang yang terlibat. Merangkum berbagai sumber, sederet penyebab umum guilt trip meliputi:

  • Ketidakamanan Diri

Pelaku Guilt Trip mungkin merasa tidak aman atau takut kehilangan orang tersebut, sehingga mereka mencoba mengendalikan situasi dengan membuat orang lain merasa bersalah.

  • Pengendalian Emosional

Beberapa individu menggunakan guilt trip sebagai cara untuk memanipulasi dan mengendalikan perilaku orang lain guna memenuhi kebutuhan atau keinginan pribadi mereka.

  • Pengalaman Masa Lalu

Orang yang pernah mengalami Guilt Trip di masa lalu mungkin cenderung mengulanginya pada orang lain sebagai respons terhadap pola yang telah terbentuk sebelumnya.

Baca Juga: Selamat! Rizky Febian dan Mahalini Sambut Kelahiran Anak Pertama, Siapa Namanya?

  • Kurangnya Komunikasi yang Sehat

Dalam hubungan di mana komunikasi tidak berjalan dengan baik, guilt trip bisa menjadi alat yang digunakan untuk menyampaikan perasaan atau kebutuhan yang tidak diungkapkan secara langsung.

  • Budaya dan Nilai

Dalam beberapa budaya atau keluarga, rasa bersalah mungkin dipandang sebagai alat yang sah untuk mengendalikan perilaku, dan ini dapat mengarah pada penggunaan guilt trip.

  • Harapan yang Tidak Realistis

Pelaku Guilt Trip mungkin memiliki harapan atau tuntutan yang tidak realistis terhadap orang lain, dan menggunakan rasa bersalah untuk memaksakan pandangan mereka.

Baca Juga: Profil Kim Sae Ron: Mengenang Aktris Muda Korea yang Meninggal di Usia 24 Tahun

Guilt Trip dapat merusak hubungan dan kesehatan mental, baik bagi pelaku maupun korban. Mengenali tanda-tanda Guilt Trip dan mencari cara komunikasi yang lebih sehat sangat penting untuk mencegah efek negatifnya.

Sumber: Halodoc | Gramedia

Editor : Nida Salma

Tags :
BERITA TERKAIT