Sukabumi Update

Mengenal Gejala Hipogonadisme pada Anak Laki-laki

SUKABUMUIUPDATE.com – Kebanyakan orang tua memperhatikan tumbuh kembang anak dari kesehatan fisik dan otaknya saja. Jarang yang memperhatikan hingga perkembangan hormon. Khususnya pada anak laki-laki, orang tua harus mendeteksi sedini mungkin kesehatan hormon mereka agar terhindar dari hipogonadisme.

Hipogonadisme merupakan penurunan fungsi testis yang disebabkan interaksi hormon seperti androgen dan testosteron. Hal ini terjadi jika didapatkan konsentrasi hormon testosteron yang rendah atau kerja hormon testosteron yang tidak kuat.

Hipogonadisme berasal dari dua nama kelenjar yang mempengaruhi fungsi testis sebagai penghasil testosteron dan spermatozoa, yaitu kelenjar gonadotropik dan kelenjar hipofisis. Orang tua harus mewaspadai kemungkinan terjadinya hipogonadisme pada anak laki-lakinya, karena gangguan penyakit ini berdampak serius pada kualitas hidup mereka kelak.

Hipogonadisme dapat mengakibatkan perubahan mental dan psikis anak yang disebabkan oleh rasa kelelahan, kesulitan berkonsentrasi, hot flashes (rasa panas di wajah), hingga penurunan gairah. Pada usia dewasa, penderita juga akan mengalami disfungsi ereksi, infertilitas dan bahkan osteoporosis. 

Spesialis endokrinologi, dokter Pradana Soewondo mengatakan beberapa ciri anak laki-laki yang kemungkinan mengalami hipogonadisme. “Apabila anak sudah berumur 17 tahun, tapi secara fisik belum terlihat kumis atau rambut halus, penis tidak berkembang, suara kecil, tidak ada jerawat pada wajah atau tidak ada tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan hormonal lainnya, maka perlu diwaspadai terjadinya hipogonadisme,” kata Pradana.

Sebuah pemeriksaan hormon testosteron dengan cara pengambilan serum di pagi hari (pukul 07.00-11.00 WIB) bisa menjadi pilihan. Jika kadar testosteron total di atas 350 mg/dl, maka anak dalam kondisi aman. Konsultasikan dulu dengan dokter ahli sebelum melakukan tes ini.

 

Sumber: TEMPO

 

Editor : Administrator

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI