Sukabumi Update

Mencium Aroma Makanan Ternyata Bisa Bikin Gemuk

SUKABUMIUPDATE.com - Indera penciuman adalah salah satu indera yang membantu Anda dalam menikmati makanan. Namun, tahukah Anda bahwa menurut para peneliti indera penciuman ini bisa saja menjadi penyebab kegemukan pada diri Anda tanpa disengaja. Sementara, orang yang memiliki gangguan pada indera penciuman bisa menipu tubuhnya agar berfikir bahwa Anda telah merasa kenyang. 

Dari hasil penelitian yang menggunakaan tikus sebagai objeknya. Para peneliti mengungkapkan bahwa tikus gemuk yang memiliki indera penciuman buruk dapat kehilangan berat badan pada diet tinggi lemak yang dilakukan. Sementara pada tikus lain yang memiliki indera penciuman normal dapat membuat berat badan mereka meningkat hingga dua kali berat badan normal mereka. 

Hasil tersebut menunjukan bahwa bau dari apa yang kita makan bisa menjadi peran penting bagaimana tubuh berhubungan dengan kalori. Ini juga menunjukan adanya kaitan antara penciuman atau sistem bau dengan daerah otak yang mengatur metabolisme. 

"Studi ini menunjukkan jika kita memanipulasi apa yang kita rasakan, kita benar-benar dapat mengubah bagaimana otak merasakan keseimbangan energi dan bagaimana otak mengatur keseimbangan energi," ujar Celine Riera dari Cedars-Sinai Medical Center di Los Angeles dilansir dari Boldsky, Jum’at, (7/7).

Tikus dan juga manusia menjadi lebih peka terhadap bau saat mereka lapar daripada setelah mereka makan, jadi mungkin bau makanan yang kurang menarik bisa memanipulasi bahwa sajian itu sudah di makan.

Celine Riera juga menjelaskan bahwa saat mencari makanan, tubuh akan menyimpan kalori jika tidak berhasil. Tetapi, begitu kita mulai mengkonsumsi makanan, tubuh akan merasa bebas untuk membakarnya.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Cell Metabolism, juga menjelaskan bahwa indera penciuman yang buruk dapat menjadi salah satu penyebab seseorang dapat mengidap anoreksia. Gangguan makan yang menyebabkan orang terobsesi dengan berat badan dan apa yang mereka makan. 

"Sistem sensor berperan dalam metabolisme. Berat badan tidak murni ukuran kalori yang dikonsumsi, tapi juga terkait dengan bagaimana kalori tersebut dirasakan," jelas Andrew Dillin dari University of California, Berkeley. 

"Jika kita bisa menerapkan ini pada manusia, mungkin kita benar-benar bisa membuat obat yang tidak mengganggu indera penciuman, tapi tetap bisa mengontrol sirkulasi metabolisme. Itu akan menakjubkan,” tambah Dillin.

Sumber: Tempo

Editor : Administrator

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI