Sukabumi Update

Ketahui Gejala Awal Epilepsi pada Anak, Bisa Terjadi saat Tidur

SUKABUMIUPDATE.com - Epilepsi disebabkan oleh aktivitas abnormal di otak. Dilansir dari tempo.co, meski sekilas tampak mengkhawatirkan, dokter spesialis anak dan konsultan saraf anak Hardiono Pusponegoro mengatakan bahwa epilepsi pada anak bukan untuk ditakuti tetapi disembuhkan.

"Kejang epilepsi memerlukan terapi dengan minum obat bukan herbal, namun hingga saat ini penyebab masih belum diketahui secara pasti," ucapnya dalam seminar daring Epilepsi pada Anak dapat Disembuhkan, Kamis 9 APril 2020 yang diadakan oleh Anakkuid.

Epilepsi menurut Hardiono tidak memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi secara pasti, namun dapat ditelusuri ke berbagai faktor, termasuk

pengaruh genetik. Umumnya kondisi ini pertama kali muncul di usia kanak-kanak.

"Pertama kali kejang dimulai tampak seperti lepas listrik kalau tidak terkontrol bisa kejang berlanjut. Awalnya tidak ada gejala klinis dan tidak demam, namanya kejang spontan pertama kali, 50 persennya bisa mengalami kejang lanjutan," jelasnya.

Anak-anak yang mengalami kejang karena demam tinggi umumnya tidak akan menderita epilepsi. Risiko epilepsi meningkat jika seorang anak memiliki kejang yang lama, kondisi sistem saraf lain, atau riwayat keluarga epilepsi.

Untuk itu Hardiono menyarankan agar orang tua mengenali gejala awal pada anak yang mengalami epilepsi. Sebab epilepsi disebabkan oleh aktivitas abnormal di otak, kejang dapat mempengaruhi proses apa pun yang dikoordinasikan otak Anda. 

Tanda dan gejala kejang epilepsi meliputi:

-Kebingungan sementara

-Mata menatap

-Gerakan menyentak lengan dan kaki yang tak terkendali

-Hilangnya kesadaran atau kesadaran

-Gejala psikis seperti ketakutan, kecemasan atau deja vu

"Sebanyak 26 persen epilepsi anak terjadi saat anak sedang tidur, terjadi kejang lokal dengan suara tenggorokan, tidak bisa bicara anak tetap sadar," ia melanjutkan.

Dalam kebanyakan kasus, seseorang dengan epilepsi akan cenderung memiliki tipe kejang yang sama setiap kali, sehingga gejalanya akan serupa dari episode ke episode.

Dokter pada umumnya mengklasifikasikan kejang sebagai fokus atau generalisasi, berdasarkan pada aktivitas otak yang abnormal dimulai.

"Pengidap epilepsi juga punya pantangan yakni jangan menghentikan obat sendiri, memberi obat tidak teratur, berenang sendiri, naik sepeda sendiri, atau dekat-dekat dengan benda panas," ucap Hardiono.

 

Sumber : tempo.co

 

Editor : Muhammad Gumilang Gumilang

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI