Sukabumi Update

Studi Baru: Kecanduan TikTok Cenderung Alami Peningkatan Depresi dan Kecemasan

SUKABUMIUPDATE.com - Banyak orang zaman sekarang mengalami kecanduan media sosial, salah satunya TikTok hingga membuat seseorang merasa FoMO (Fear of Missing Out) atau kondisi takut tertinggal oleh tren yang sedang berlangsung. Bukan hanya itu, ternyata kecanduan media sosial seperti TikTok juga memiliki dampak negatif lain bagi kesehatan yakni cenderung mengalami peningkatan depresi dan kecemasan.

Dikutip dari Suara.com, sebuah studi psikologi baru terhadap pengguna TikTok menunjukkan orang yang kecanduan platform media sosial tersebut cenderung mengalami kedua gangguan mental tersebut.

Baca Juga :

Saat smartphone dan teknologi jejaring sosial mengambil alih dunia, para peneliti di bidang psikologi mulai membahas konsekuensi kesehatan mental dari kecanduan ponsel cerdas.

Dalam studi yang terbit di International Journal of Environmental Research and Public Health ini, peneliti berfokus pada masalah penggunaan TikTok, situs jejaring sosial yang memiliki 1,5 miliar pengguna di seluruh dunia.

photoIlustrasi Orang Membuka Aplikasi TikTok - (Unplash.com)</span

TikTok memungkinkan pengguna untuk berbagi dan menonton video pendek di smartphone mereka, dan mayoritas pengguna adalah remaja.

Peneliti membagikan kuesioner kepada 3.036 siswa sekolah menengah di China. Remaja ini mengaku sering menggunakan TikTok.

Para siswa selanjutnya menyelesaikan tes rentang angka maju dan mundur untuk menilai memori kerja verbal.

Tes ini menilai kemampuan siswa untuk mengingat urutan nomor dan mengulanginya kembali, baik dalam urutan yang sama atau sebaliknya.

Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang 'kecanduan' TikTok memiliki penurunan kapasitas memori kerja.

Siswa-siswa kelompok ini juga punya skor tinggi untuk kondisi depresi, kecemasan, dan stres.

Seperti yang dihipotesiskan para peneliti bahwa depresi, kecemasan, dan stres tampaknya salah satu penyebab pengguna TikTok punya masalah terkait memori kerja yang buruk.

Namun, penulis penelitian mencatat bahwa penelitian mereka ini tidak mewakili semua remaja China dan masih perlu penelitian di masa depan untuk menggeneralisir temuan.

Sumber: Suara.com

Editor : Dede Imran

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI