Sukabumi Update

Pria Badan Tinggi Lebih Berisiko Terkena Kanker Testis

SUKABUMIUPDATER.com - Kanker testis menjadi momok yang dikhawatirkan oleh banyak kaum Pria. Pasalnya, penyakit ini tak hanya dapat berkomplikasi namun juga dapat berujung pada kematian.

Dilansir dari suara.com,  Cancer Research UK mengatakan ada bukti bahwa Pria yang lebih tinggi dari rata-rata memiliki peningkatan risiko kanker testis dan Pria yang lebih pendek dari rata-rata memiliki penurunan risiko.

Baca Juga :

Setelah melihat data pada lebih dari 10.000 Pria, para peneliti di AS menemukan bahwa untuk setiap tambahan dua inci atau 5 cm di atas rata-rata, risikonya naik sebesar 13 persen.

Sara Hiom, direktur informasi kesehatan di Cancer Research UK, mengatakan: "Pria tinggi tidak perlu khawatir dengan penelitian ini karena kurang dari empat dari 100 benjolan testis sebenarnya bersifat kanker.

Dilansir suara.com dari Times of India, meskipun orang-orang dari ras apa pun dapat mengalami kanker testis, orang kulit putih lebih mungkin didiagnosis menderita kanker testis dibandingkan ras lain. Alasan di balik ini masih belum jelas.photoIlustrasi Kanker Testis - (iStock)

Menurut John Hopkins Medicine, kanker testis paling sering terjadi pada Pria kulit putih (Kaukasia) di Amerika Serikat dan lebih jarang terjadi pada Pria kulit hitam (Afrika-Amerika), Hispanik, Latin, dan Asia-Amerika.

Riwayat keluarga kanker testis adalah faktor risiko umum lainnya. Penyakit ini sangat diwariskan dan dapat diturunkan dari generasi ke generasi. Ada risiko delapan hingga dua belas kali lipat jika seorang Pria memiliki saudara laki-laki dengan kanker testis dan risiko dua hingga empat kali lipat jika ayahnya menderita kanker testis. Namun, kanker testis jarang terjadi, dan oleh karena itu penyakit ini jarang diturunkan dalam keluarga.

Kriptorkismus adalah testis yang tidak turun, artinya salah satu atau kedua testis tidak turun ke skrotum sebelum lahir. Anak laki-laki dengan riwayat kriptorkismus memiliki peningkatan risiko kanker testis.

Risiko kanker tidak secara langsung berkaitan dengan fakta bahwa testis tidak turun, tetapi diyakini bahwa kelainan saat turun kemungkinan besar menunjukkan kelainan pada testis yang membuat kanker lebih mungkin terjadi. Risiko ini dapat diturunkan jika pembedahan digunakan untuk memperbaiki kondisi sebelum pubertas.

SUMBER: SUARA.COM

Editor : Noity

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI