Sukabumi Update

Menguak Tragedi Takokak 1948: Pembantaian Sadis Terlupa di Perbatasan Sukabumi

68 Makam Pahlawan Tanpa Nama di Bukit Gunung Tugu Puncak Bungah, Desa Takokak, Bukti Pembantaian Sadis Tentara Belanda Tahun 1948 | Foto : via Instagram/gtvindonesia_news

SUKABUMIUPDATE.com - Daerah Sukabumi dan Kabupaten Cianjur terpisah oleh beberapa daerah perbatasan, salah satunya Desa Takokak.

Desa Takokak adalah sebuah wilayah yang berada di Kabupaten Cianjur yang sekarang berubah nama menjadi Desa Pasawahan.

Pada Bulan Desember, Negara Indonesia memperingati Hari Besar Nasional yang berkaitan dengan perjuangan Rakyat Indonesia, yakni 15 Desember sebagai Hari Juang Kartika TNI-AD untuk mengenang perjuangan pertempuran Ambarawa.

Kemudian peringatan tanggal 19 Desember sebagai hari bela negara terkait peristiwa Agresi Militer Belanda II pada 19 September 1948.

Baca Juga: Hari Ini 77 Tahun Lalu, Pengorbanan dan Darah Rakyat Sukabumi Dibalik Hari Juang Siliwangi

Tak usah jauh-jauh ke luar kota, Sukabumi juga memiliki peristiwa historis perjuangan pahlawan yang patut diingat oleh masyarakat Indonesia.

Wawasan historis Sukabumi ini tak hanya berpaku pada fakta sejarah daerah inti, tetapi juga wajib diketahui seputar daerah perbatasan, salah satunya Desa Takokak.

Pasalnya, Desa Takokak Cianjur merupakan daerah perbatasan Sukabumi-Cianjur yang memiliki histori kelam yakni Terlupanya Tragedi Takokak 1948: Pembantaian Rakyat Indonesia oleh Belanda.

Maka dari itu agar lebih Update tentang Sukabumi, sukabumiupdate.com hadir dan berupaya menyajikan peristiwa sadis Tragedi Pembantaian Takokak 1948, dikutip dari Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, Universitas Al-Ghifari.

Tragedi Takokak 1948 ditulis oleh Muhammad Daud Yusuf dan Indra Kristian, tahun 2020 bertajuk: Takokak “Horor” Peninggalan Perang Dunia II dan Kelahiran Tokoh Reformis Dunia.

Baca Juga: Membongkar Mitos Larangan Menikah Orang Sunda dan Jawa, Intip Sejarahnya!

Mengenal Takokak dan Tokoh Legendaris Pembantaian 1948

Lokasi Desa Takokak diketahui berbatasan dengan wilayah Sukabumi secara administratif.

Tepatnya, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Nyalindung dan Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi, sebelah utara dengan Kecamatan Gegerbitung Kabupaten Sukabumi, bagian timur dengan Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur dan bagian selatan dengan Kecamatan Kadukapandak Kabupaten Cianjur.

Yusuf dan Kristian dalam tulisannya menyebut menggali jejak tradisi budaya Sunda di Takokak melalui nyukcruk galur mapay laratan karuhun, yaitu menelusuri jejak Bisri Artha Winata, tokoh Sunda fenomenal dari Takokak dan Pengusaha nasional Tomy Winata anak Takokak.

Jejak penelusuran bermula dari niat penulis untuk berziarah ke makam Ki Ading, tukang boboko asal Majalaya Bandung.

Baca Juga: Boboko hingga Hihid! Belajar Etnomatematika dalam Budaya Sunda di Sukabumi

Mengapa tukang boboko diziarahi?

Jawabannya karena ini bukan tukang boboko biasa!

Konon Ki Ading tak hanya berjualan boboko saja, tetapi ia menerima tugas memasok senjata kepada para pejuang Takokak termasuk Bisri Artha Winata.

Sungguh disayangkan, Ki Ading justru tertangkap oleh tentara Belanda dan dibawa ke Gunung Tugu daerah Takokak. Pasca dibawa ke Takokak, Ki Ading tak pernah kembali lagi karena ternyata dieksekusi mati.

Oleh karena setiap yang dibawa ke daerah Takokak tidak pernah kembali maka tulisan tersebut berupaya mengungkap tabir tragedi sadisnya pembantaian Takokak 1948.

Lantas, apa kaitannya dengan tokoh Sunda fenomenal Bisri Artha Winata?

Bisri Artha Winata diketahui adalah satu-satunya orang selamat dari pembantaian Takokak Gunung Tugu yang melibatkan kematian Ki Ading.

Bisri pun selamat karena hanyut bersama aliran darah para pejuang mengalir ke kaki Gunung Tugu, tepatnya kali Cikawung. Oleh sebab itu lah, Bisri Artha Winata dipercaya sebagai tokoh jawara legendaris Takokak dalam melawan penjajah Belanda.

Baca Juga: Ada Tanda Tilem Prabu Siliwangi di Kramat Batu Puter Ciracap Kabupaten Sukabumi

Tragedi Pembantaian Takokak 1948 secara Historis

Sejak tahun 1947, Takokak dikenal sebagai pusat eksekusi orang-orang Indonesia dari wilayah Sukabumi dan Cianjur. Kemudian saat memasuki tahun 1948 sebagian besar anggota Divisi Siliwangi bermigrasi ke Yogyakarta dan Jawa Tengah dan pembantaian di Takokak semakin menggila.

Sudah menjadi rahasia umum, orang yang dibawa ke Takokak oleh serdadu Belanda, pasti akan dieksekusi dan tak akan pernah kembali.

Di Bukit Cigunung Putri ada 68 delapan makam tak bernama dan memiliki nisan berwarna putih. Bukan tanpa maksud, tetapi jenazah yang dikuburkan itu yakni korban-korban pembantaian Belanda di zaman kolonial.

Adapun tempat eksekusi mati Tragedi Takokak 1948 berada di Jalan Lima, Puncak Bungah, Ciwangi, Pal Dua, Pasir Tulang dan Cikawung.

Rata-rata Rakyat Indonesia yang dibantai oleh Belanda ini tewas dengan sebuah lubang peluru di masing-masing tengkuknya.

Para mayat merupakan orang-orang sipil yang sebelumnya diambil dengan truk-truk militer dari penjara Van Delden di Gunung Puyuh, Sukabumi.

Para tahanan tidak langsung dieksekusi melainkan disimpan di kantor kecamatan atau pos militer Belanda di Bunga Melur. Setelah waktu berselang satu hingga dua jam para tahan akan dibawa ke lima titik eksekusi tadi untuk dihabisi.

Selain itu, Belanda juga membawa para simpatisan NKRI dari beberapa titik wilayah Sukabumi, Nyalindung, Sagaranten dan sekitarnya ke hutan di Gunung Malang.

Di hutan tersebut, para simpatisan NKRI kemudian dibantai oleh tentara Belanda dengan membabi buta di Puncak Bungah.

Yusuf dan Kristian (2020) turut menuliskan bahwa pembantaian tidak hanya terjadi di area perkebunan, hutan atau jurang-jurang di sekitaran Takokak. Namun pembantaian juga dilakukan di Ciwangi, Pal I Cengang, Gamblok, Cikawung dan Pasir Tulang.

Baca Juga: Pembantaian Harun Kabir dan Pejuang Sukabumi (1945-1950), Belanda Tawarkan Kompensasi

Mengapa Takokak menjadi lokasi pembantaian Belanda?

Lokasi Takokak di zaman penjajahan belanda termasuk wilayah terasing sehingga menjadi tempat pembantaian kaum pendukung NKRI alias republikan.

*Untuk diketahui, Pasir Tulang adalah sebutan penduduk karena merupakan bukit pembantaian para pejuang.

Pertanyaan kembali muncul, bagaimana Takokak di masa ini Pasca Tragedi Pembantaian 1948?

Muhammad Daud Yusuf dan Indra Kristian dalam tulisannya tahun 2020 menyebutkan Desa Takokak (baca: sekarang Desa Pasawahan), tepatnya di Taman Makam Pahlawan Takokak sering dijadikan tempat upacara hening cipta menjelang hari pramuka oleh pemerintah setempat.

Upacara dimaksudkan untuk menanamkan sifat patriotisme sebagai bentuk pengamalan Pancasila.

Kemudian, menilik wilayah Takokak yang disebutkan terisolir, daerah ini masuk Rumpun Pemangkuan Hutan (RPH) Sukabumi. Takokak lebih dekat dengan Sukabumi sehingga kontribusi hasil produksi dari daerah Takokak mengalir ke Sukabumi.

Selain itu, Yusuf dan Kristian (2020) turut menyebut di terminal Pasir Hayam milik Pemda Cianjur tak ada angkutan jurusan Takokak tetapi di terminal Jubleg milik Pemkot Sukabumi tertulis jurusan Pasawahan-Takokak.

Sumber : Jurnal Unfari

Editor : Nida Salma

Tags :
BERITA TERKAIT