Sukabumi Update

10 Wilayah di Sukabumi yang Paling Sepi, Juaranya Kecamatan Tegalbuleud

Ilustrasi sepi (Sumber: pixabay)

SUKABUMIUPDATE.com - Sebagai kabupaten terluas di pulau jawa dan bali, Sukabumi terdiri dari 48 kecamatan dan 381 desa dan kelurahan. Sebaran penduduk tentu tidak merata, karena ada kecamatan padat jiwa ada juga yang sepi warga.

Sebelum mengurai data BPS tentang tingkat kepadatan penduduk setiap kecamatan se Kabupaten Sukabumi, cermati dulu sebaran jumlah penduduk di Jawa Barat, terutama daerah yang penghuninya paling banyak.

Urutan pertama ditempati Kabupaten Bogor dengan jumlah penduduk sebanyak 5.489.540 jiwa, kedua Kabupaten Bandung dengan jumlah penduduk 3.666.160 jiwa, ketiga Kabupaten Bekasi sebanyak 3.157. 960 jiwa dan ke empat Kabupaten Sukabumi dengan jumlah 2.761.480 jiwa.

Walaupun kalah dari sisi jumlah penduduk, namun Kabupaten Sukabumi dengan luas 4.145,70 km2 merupakan kabupaten terluas se-Jawa dan Bali. Sukabumi Dalam Angka 2022 mencatat cukup banyak wilayah di Kabupaten Sukabumi yang terbilang masih sepi penduduk, dibanding kecamatan lainnya.

Ternyata kecamatan paling sepi di Kabupaten Sukabumi itu. Pada tahun 2021 kecamatan yang berada di ujung selatan dan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia ini hanya dihuni sekitar 144 orang per kilometer persegi (km2).

Selanjutnya, Ciemas. Kecamatan yang merupakan terluas wilayahnya se Kabupaten Sukabumi dengan 314, 14 km2 ini, dihuni sekitar 180 orang per kilometer persegi (km2).

Kecamatan lainnya adalah Cidolog dengan 181 orang per kilometer persegi (km2), lalu Cimanggu 182 orang per kilometer persegi (km2), Cidadap 238 orang per kilometer persegi (km2), Lengkong 239 orang per kilometer persegi (km2), Waluran 311 orang per kilometer persegi (km2), Cibitung 333 orang per kilometer persegi (km2), Simpenan 345 orang per kilometer persegi (km2), dan terakhir kecamatan Jampang Tengah dengan 351 orang per kilometer persegi (km2).

Kecamatan-kecamatan tersebut rata-rata berada di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi atau yang biasa disebut daerah pajampangan. Sepi jika dibanding dengan kecamatan-kecamatan yang ada di bagian utara.

Kawasan Sukabumi Utara memiliki tingkat kepadatan penduduknya diatas rata-rata 2.000 orang per kilometer persegi, seperti Kecamatan Cisaat yang memiliki kepadatan penduduk 5.676 orang/km2 atau Parungkuda dengan kepadatan penduduk 3.047 orang/km2.

Baca Juga: Wow! BPS Ungkap Masyarakat Sukabumi Lebih Suka Jengkol daripada Wortel

Jika merujuk pada pengertian yang disuguhkan oleh BPS. Kepadatan penduduk dirumuskan sebagai banyaknya penduduk per satuan luas.

Kepadatan penduduk kasar atau crude population density (CPD) menunjukkan jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi luas wilayah.

Kemudian, BPS menyebutkan bahwa kegunaan CPD untuk dasar kebijakan pemerataan penduduk dalam program transmigrasi dan menyusun rencana kebijakan pembangunan.

Hal lainnya menurut BPS, tingkat kepadatan penduduk untuk mengetahui angka kelahiran dan kematian pada suatu daerah, mengetahui besaran potensi pertambahan penduduk pada suatu wilayah, merencanakan tata ruang dan wilayah yang baik, serta dapat digunakan sebagai langkah menyusun kebijakan ekonomi maupun kesehatan masyarakat pada suatu wilayah.

Namun, ada fakta lain sebagai dampak dari kepadatan penduduk suatu wilayah. Menurut Heni Suhaeni, peneliti dari Pusat Litbang Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), seperti dikutip dari katadata.id, dimana tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dapat berpengaruh pada kondisi psikologis dan kesejahteraan seseorang.

"Apabila ruang gerak untuk melakukan aktivitas dasar manusia terbatasi, bentuk-bentuk perilaku yang muncul adalah reaksi emosional atau agresivitas," kata Heni Suhaeni dalam laporan penelitiannya yang bertajuk Kepadatan Penduduk dan Hunian Berpengaruh terhadap Kemampuan Adaptasi Penduduk di Lingkungan Perumahan Padat (2011).

"Keadaan emosi seseorang yang tinggal di kawasan padat cenderung merasa mudah lelah, mudah kesal, mudah marah, atau merasa tidak berdaya karena dia tidak mempunyai kesempatan untuk istirahat sejenak, memiliki privasi sendiri, sehingga energi seseorang cenderung akan terkuras tidak efisien dan tidak produktif," lanjutnya.

Write: Bah Rowi

 

Editor : Fitriansyah

Tags :
BERITA TERKAIT