Sukabumi Update

Kisah Pilu Bayi 20 Bulan Pengidap Jantung Bocor di Bojonggenteng Sukabumi

Kondisi Nazief bayi berusia 1 tahun 8 bulan warga Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi pengidap jantung bocor ketika ditangani medis. | Foto: Istimewa

SUKABUMIUPDATE.com - Bayi berusia 20 bulan atau 1 tahun 8 bulan bernama Nazief Zaahiy warga Kampung Bojonggenteng, RT 05/02, Desa/Kecamatan Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi, mengalami bocor jantung. Nazief saat ini hanya diurus ibunya dan butuh bantuan biaya rawat jalan karena kedua orangtuanya sudah bercerai.

Rika (23 tahun) ibu kandung Nazief mengatakan, pasca melahirkan buah hatinya itu dalam kondisi baik, namun setelah memasuki usia 9 bulan, Nazief sering mengalami gejala batuk, pilek dan sesak.

"Awalnya saya mengira hanya batuk biasa saja, ternyata dugaan salah, karena setelah anak di bawa ke dokter umum dan diminta untuk melakukan rontgen, hingga cek darah, baru mengetahui hasilnya, bahwa diagnosa awal, nazief mengidap radang paru-paru," ujar Rika kepada sukabumiupdate.com, Rabu (11/1/2023).

Baca Juga: Luka di Kepala, Kondisi Terkini Korban Ledakan Gubuk Petasan di Kebonpedes Sukabumi

Menurut Rika, setelah itu Nazief diminta dokter untuk rutin pengobatan. Namun selama 2 bulan, penyakit tersebut tak kunjung sembuh. Hingga akhirnya ia bawa ke Rumah Sakit.

"Nazief masih sering batuk, pilek dan sesak. Setelah itu saya inisiatif sendiri, dengan membawa ke Rumah Sakit Kartika, di sana Nazief dicek darah lagi, hasilnya anak saya mengidap penyakit lain, selain dari radang paru-paru ternyata punya penyakit lain yaitu anemia," ceritanya.

Didiagnosa penyakit komplikasi, Nazief kemudian jalani rawat inap di Rumah Sakit tersebut. Di sana bayi malang tersebut sempat di transfusi darah. Selama satu minggu dirawat intensif, Nazief kemudian diperbolehkan untuk pulang karena dinilai kondisinya membaik.

"Namun selama seminggu di rumah, Nazief kembali mengalami batuk, sesak dan panas. Dirawat kembali jadinya, ketika dicek darah lagi, HB anak saya masih rendah, padahal harus melakukan transfusi darah kembali, selama di rawat hampir selama 3 minggu, kondisi anak saya tak kunjung membaik," kata Rika.

Baca Juga: Hanya 37 Ribu Orang, Kunjungan Wisata Pantai di Sukabumi Menurun Saat Libur Nataru

"Panasnya naik turun, sedangkan jika di transfusi darah keadaan anaknya harus normal, minimal tidak panas, berapa hari kemudian akhirnya panasnya turun, selama sehari itu dilakukanlah transfusi darah," lanjutnya.

Pada malam harinya, kepanikan melanda Rika, bayinya itu kembali panas, suhunya mencapai 39.6 celcius, hingga mengalami step atau kejang-kejang lantaran panasnya terlalu tinggi. Keesokan harinya, Rika kemudian berinisiatif merujuk Nazief ke RSUD R.Samsudin SH atau Bunut karena khawatir ada kelainan pada jantungnya.

"Inisiatif sendiri lagi untuk paksa pulang, karena keadaan anak saya sudah mengkhawatirkan. Pada hari itu saya langsung pulang ke rumah dan lanjut membawa anak saya, ke rumah sakit di Kota (RS Bunut), di sana anak saya langsung mendapat tindakan dan dirawat inap selama seminggu. Alhamdullilah selama itu anak saya membaik dan berat badannya naik sampai 2 kilogram," kata dia.

Kekhawatiran Rika ternyata terjadi, dokter di RS Bunut mendiagnosa Nazief mengidap Atrial Septal Defect atau kebocoran serambi jantung yang diakibatkan penyakit jantung bawaan.

"Setelah menjalani pemeriksaan di sana, ternyata anak saya mengidap penyakit jantung bocor dan harus segera ditangani. Sekarang Nazief melakukan pengobatan rutin sebulan sekali dan tidak menentu sampai kapan," ucapnya." bebernya.

Baca Juga: Latto-latto Makan Korban, Ketua DPRD Sukabumi Minta Pengawasan Orang Tua

Singkat cerita, kini Nazief diwajibkan melakukan pengobatan rutin sebulan sekali atau rawat jalan Sukabumi-Jakarta. Di mana pada bulan ke-1 dan ke-2 berobat ke Bunut, bulan ke-3 ke Jakarta tepatnya ke RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.

"Karena ada obat yang harus rutin di minum, kalau fokus ke jakarta, nanti ketika habis obatnya, cape perjalanan jauh dan biayapun jadi berlipat," tuturnya.

Diketahui, Nazief hidup di keluarga yang tak berkecukupan. Ibunya seorang single parent, tidak berpenghasilan apapun. Yang miris, Ayahnya belum pernah peduli kepadanya, bahkan tak pernah sekalipun batang hidungnya untuk meluangkan waktu sejenak datang menjenguk.

"Keadaan semakin sulit, karena saya harus membiayai anak saya seorang diri dan hanya mengandalkan bantuan dari keluarga saya. Untuk kontrol, biaya untuk berobat rutin sebulan sekali, keperluan anak dan keseharian. Ayahnya sudah tidak mau menafkahi, walaupun itu anaknya," ujarnya.

Baca Juga: Kedalaman 10 Km, Warga Perbatasan Sukabumi Cianjur Dikejutkan Gempa M2.4

"Kemarin untuk ke Jakarta saya sampai naik truk ditemani Ibu saya, untuk membawa Nazief, alhamdulillah walaupun hanya sampai Ciawi, hingga dikasih uang oleh pengemudi truknya, bukannya saya yang ngasih karena numpang," ucapnya lirih.

Menurut Rika, jika tidak sedang kambuh, Nazief kondisinya biasa saja seperti anak normal lainnya, hanya saja sering terkulai lemas dan postur badannya kecil jika dibandingkan anak seusianya. Pada dasarnya Nazief anak yang aktif, hanya saja telat untuk berbicara dan berjalan.

"Sejak sakit, Nazief lebih sering di dalam rumah. Karena jika terlalu sering keluar, khawatir jika sesaknya kambuh, saya selalu berharap ada keajaiban karena membutuhkan dana, ketika nanti hendak dioperasi," imbuhnya.

"Nazief kabarnya harus menjalani operasi di Jakarta (RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita), bulan ini atau bulan depan. Semoga anak saya kembali sehat, saya ingin melihat anak saya seperti anak lainnya, yang ceria dan tumbuh sehat," tandasnya.

Terpisah, Kepala Desa Bojonggenteng, Yudi Wahyudi mengatakan, selama ini pengobatan Nazief sudah ditanggung BPJS Kesehatan. Upaya dari Desa, lanjut Yudi, kini tengah mengupayakan untuk perubahan dari BPJS Mandiri menjadi BPJS PBI.

"Karena setiap berobat, beranjak ke Jakarta. Kalau masih ada suaminya mandiri juga bisa, tapi karena statusnya udah sendiri, jadi keberatan," ujarnya.

"Namun karena yang mandiri masih berjalan, sementara waktu digunakan dulu BPJS mandiri, mengingat takutnya waktu dekat mau digunakan. Tapi masih di proses (dari BPJS Mandiri menjadi BPJS PBI)," tambah Yudi.

Baca Juga: Pemilu 2024, Jokowi: Sekarang Ini Eranya Adu Gagasan, Menanglah dengan Intelek

Yudi menuturkan, kebutuhan mendesak orang tua Nazief saat ini membutuhkan modal transportasi dan biaya untuk keperluan ketika di Jakarta nanti.

"Jadi prosesnya tengah berlangsung, kita udah koordinasi dengan BPJS dan sudah siap untuk dirubah, tapi khawatir ketika diproses, dalam waktu dekat akan digunakan," ungkapnya.

"Adapun pagi tadi, saya beserta jajaran Forkompimcam sudah mengunjungi rumah Nazief," pungkasnya.

Editor : Denis Febrian

Tags :
BERITA TERKAIT