Sukabumi Update

Menelisik Riwayat Eyang Santri Dalem dalam Pusaran Sejarah Surade Sukabumi

alan Eyang Santri Dalem di Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. | Foto: SU/Ragil Gilang

SUKABUMIUPDATE.com - Masyarakat Pajampangan tidak asing mendengar nama Eyang Santri Dalem atau Eyang Cigangsa. Konon, tokoh ini menjadi bagian dari cerita berdirinya Surade yang kekinian menjadi salah satu nama kecamatan di selatan Kabupaten Sukabumi.

Beberapa orang mencatat Eyang Santri Dalem merupakan pendiri pondok pesantren pertama di Surade. Informasi ini setidaknya disampaikan oleh keturunan Eyang Santri Dalem yang hingga kini masih hidup dan menjadi tokoh bagi warga Pajampangan yakni Kamaludin (72 tahun).

"Dalam catatan sejarah, beliau (Eyang Santri Dalem) memiliki nama asli Raden Suranangga dan merupakan putra dari Raden Arya Adipati Jagabaya," kata Kamaludin kepada sukabumiupdate.com di rumahnya di Kampung Pasir Karang RT 04/02 Desa Gunungsungging, Kecamatan Surade, Rabu (15/2/2023).

Kamaludin menyebut Raden Arya Adipati Jagabaya adalah Bupati Galuh Imbanagara atau Ciamis pada 1732 hingga 1751. Menurut Kamaludin, Raden Arya Adipati Jagabaya memerintah saat wilayahnya masih di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram dan zaman penjajahan Belanda.

Baca Juga: Angan Bung Karno di Sukabumi: Sulap Palabuhanratu Jadi Las Vegas Indonesia

Cerita singkat tentang Raden Arya Adipati Jagabaya diungkapkan Kamaludin. Ketika itu terjadi gejolak di dalam pemerintahan Galuh Imbanagara antara lain perjuangan melawan Belanda dan tekanan politik dari Kerajaan Mataram. Ini membuat kondisi keamanan dan ekonomi kacau.

Alhasil, Raden Arya Adipati Jagabaya memilih strategi dengan mengungsikan putra dan putrinya untuk sementara waktu supaya suatu saat dapat kembali merebut kekuasaan dari Kerajaan Mataram dan bisa melawan penjajah.

Salah satu putranya yakni Raden Suranangga alias Eyang Santri Dalem (Demang Pasirbatang) bersama istrinya Ming Maung Mangale-ngale Jukung, pergi ke arah barat dari Ciamis. Mereka berangkat menuju Batu Kaca atau wilayah Jampangkulon yakni pada awal 1750.

Keturunan Eyang Santri Dalem sekaligus tokoh Pajampangan, Kamaludin (72 tahun). | Foto: SU/Ragil GilangKeturunan Eyang Santri Dalem sekaligus tokoh Pajampangan, Kamaludin (72 tahun). | Foto: SU/Ragil Gilang

Di wilayah tersebut, Eyang Santri Dalem membuka hutan di Pasirkanyere yaitu sebelah selatan dari Kampung Cigodobros, sekitar Terminal Surade saat ini atau Kampung Kateu sekarang. "Di situlah Raden Suranangga (Eyang Santri Dalem) membuat perkampungan sebagai tempat istirahat," ujar Kamaludin.

Ada banyak cerita yang mengulas riwayat Eyang Santri Dalem. Tetapi, Kamaludin meringkasnya. Dia mengatakan pada 1775 Eyang Santri Dalem menempuh pendidikan agama di sebuah pesantren di Sindangkasih, Ciamis. Di pesantren ini, Eyang Santri Dalem memiliki guru bernama ajengan Idris.

Pada 1817, Eyang Santri Dalem meninggal dunia dan dimakamkan di Kampung Cigangsa atau Cihaur Kuning, Desa Kadaleman, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. Eyang Santri Dalem juga sempat membuak pondok pesantren bernama Batu Suhunan atau Batu Masigit.

Baca Juga: Membaca Kembali Kisah Cibadak Sukabumi yang Hancur oleh Bom Pesawat Inggris

Kamaludin mengatakan nama pondok pesantren tersebut diabadikan menjadi nama kampung di Kelurahan Surade, Kecamatan Surade, yakni Kampung Batu Suhunan (Batu Sunan Nalagangsa). Adapun nama Eyang Santri Dalem sendiri diambil lantaran dia memang santri dan pernah menjadi Dalem (bupati).

Eyang Santri Dalem menjadi bupati pada 1811 di daerah Ladeh, sekitar Wado, Sumedang. Nama Eyang Santri Dalem juga diabadikan menjadi nama jalan setapak oleh warga di Surade yang kekinian statusnya sudah menjadi jalan kabupaten.

Jalan tersebut menjadi akses penghubung Kelurahan Surade-Desa Kadaleman dan Desa Caringinnunggal, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi.

Kamaludin menyebut nama jalan Eyang Santri Dalem diresmikan Bupati Sukabumi Sukmawijaya pada periode pertamanya. Jalan ini pun mendapat surat keputusan dari Dinas Perhubungan Kabupaten Sukabumi. Bahkan keberadaan Eyang Santri Dalem tertuang pada piagam yang disebut Piagam Sunan Nalagangsa (Batok Putih).

"Pondok pesantrennya sekarang diteruskan oleh cucu dan cicitnya di berbagai tempat. Begitu juga makomnya, banyak peziarah dari berbagai daerah berdatangan," kata dia.

Editor : Oksa Bachtiar Camsyah

Tags :
BERITA TERKAIT