Sukabumi Update

Curhat Rena Reni, Si Kembar Disabilitas Warga Ciemas Sukabumi yang Ingin Sekolah

Rena dan Reni Remaja kembar Disabilitas warga Desa Tamanjaya Kecamatan Ciemas | Foto : Ragil Gilang

SUKABUMIUPDATE.com - Cerita si kembar Rena dan Reni, kelahiran 17 Nopember 2007, dua anak remaja perempuan dari pasangan suami istri, Ruslandi (39 tahun) dan Desi Susanti (33 tahun) warga Kampung Cijambe RT 005/003, Desa Tamanjaya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi menyiratkan semangat hidupnya kendati dalam kekurangan atau disabilitas.

Menghuni rumah panggung dari kayu seukuran 5x8 meter, Rena dan Reni bersama kedua orang tuanya nampak tidak bisa berbuat banyak. Walaupun banyak harapan dan keinginan yang diungkapkan Rena dan Reni pada kedua orang tuanya. 

Sang Ayah, Ruslandi diketahui sehari-hari kerja sebagai kuli bangunan, sedang sang Ibu, Desi Susanti mengurus rumah tangga.

Saat Sukabumiupdate.com menyambangi kediamannya terlihat anak perempuan kembar Rena dan Reni sedang duduk berdampingan diatas lantai kayu.

"Kondisinya tidak bisa jalan, lahir saat itu usia hamil 8 bulan atau pramatur," kata ibu Rena dan Reni, Desi Susanti kepada Sukabumiupdate.com, Senin (13/3/2023).

Desi mengungkapkan, kondisi kedua anaknya mengalami kelainan berbeda; Reni mengalami kelainan pada kaki dan bagian lutut hingga kaki bagian kebawah. Aadapun kakaknya Rena pada bagian tangannya juga lemah, tidak seperti tangan adiknya.

"Kalau berobat secara medis belum, namun kalau secara tradisional sudah sering, akan tetapi tidak ada hasilnya," jelasnya.

Sebagai orang tua, Desi berharap kedua anaknya yang sudah menginjak remaja bisa berjalan seperti anak-anak remaja yang lainnya. "Sebagai orang tua, tentu ingin anak kami bisa berjalan, bisa sekolah, dan bergaul seperti yang lainnya," ungkap Desi menirukan keinginan kedua anaknya tersebut.  

Desi pun mengungkap jika selama ini kebingunan mengenai penanganan kedua anaknya tersebut. Sedangkan kedua anaknya memiliki masa depan sama seperti anak lainnya. 

"Kalau bisa seperti orang lain dapat bantuan BPNT, kami sangat membutubkan, karena tidak punya sawah. Pernah mau disekolahkan, namun banyak cemoohan dari anak anak sebayanya. Makanya tidak jadi disekolahkan, karena sering menangis," tandasnya.

Desi menceritakan, dulu sempat ada bantuan dua buah kursi roda dari Baznas, namun sekarang kedua korsinya tersebut sudah rusak. Kalau dari desa pernah tiga kali menerima bantuan BLT DD sebanyak tiga kali, kalau tidak salah tahun 2021, juga ada bantuan UMKM lewat bank, dari pemerintah sebesar Rp 2.400.000.

"dengan mengandalkan penghasilan bapaknya selama ini hanya kerja buruh bangunan, serta tidak mencukupi apalagi kalau harus mengobati kedua anaknya," kata Desi seraya menyebut suaminya saat ini sedang kerja di Jakarta dengan upah Rp.100 ribu per hari.

Editor : Syamsul Hidayat

Tags :
BERITA TERKAIT