Sukabumi Update

28 Tahun Ngamen di Sukabumi, Kisah Satim Sang Pemain Kecapi Sunda yang Tunanetra

Satim Saputra (55 tahun) saat memainkan kecapi di atas trotoar Jalan Ahmad Yani Kota Sukabumi, tepatnya di depan Kantor Pos Jalan Ahmad Yani, Sabtu (18/3/2023). | Foto: SU/Asep Awaludin

SUKABUMIUPDATE.com - Sudah 28 tahun Satim Saputra (55 tahun) memainkan kecapi di atas trotoar Jalan Ahmad Yani Kota Sukabumi. Pengamen tunanetra asal Cilacap, Jawa Tengah, tersebut hampir setiap hari mencari rupiah di depan Kantor Pos Jalan Ahmad Yani.

Reporter sukabumiupdate.com menemui Satim pada Sabtu (18/3/2023). Dia mengungkapkan mulai mengalami tunanetra pada usia tiga tahun. Saat itu Satim sakit panas lalu dibawa ke mantri untuk disuntik. Namun tak tahu apa yang terjadi, Satim tiba-tiba tidak bisa melihat.

Ketika itu, Satim kecil dibawa berobat ke mantri oleh sang kakak yang bernama Lia (saat itu berusia 7 tahun). Satim memang diasuh kakak perempuannya ini. "Setelah disuntik, tidak tahu kenapa tiba-tiba mata saya langsung gelap tidak bisa melihat sampai sekarang," kata dia.

Singkatnya, Satim tumbuh besar dan mulai mengamen sejak 1985 saat usianya 17 tahun. Dia belum menetap di Sukabumi, melainkan masih keliling mengamen ke Cirebon, Bogor, Bandung, sampai Jakarta. Akhirnya pada 1995, Satim memutuskan menetap di Kota Sukabumi.

Baca Juga: Mengunjungi Jembatan Cinumpang, Spot Selfie dan Progres Lingkar Utara Sukabumi

Sejak itu hingga sekarang, Satim mengamen di depan Kantor Pos Jalan Ahmad Yani dan tak pernah berpindah tempat. Ini lantaran hanya Kantor Pos Jalan Ahmad Yani tempat yang dia hafal. Biasanya, Satim memainkan alat musik kecapinya mulai pukul 7 pagi sampai 4 sore.

Selama di Sukabumi, keseharian Satim tidak hanya diisi dengan mengamen. Dia juga sering melatih alat musik atau kesenian Sunda ketika musim festival tiba. Perjalanan ini akhirnya mengantarkan Satim pada perempuan asal Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Atikah (45 tahun).

Wanita yang juga tunanetra itu menjadi pendamping hidup Satim. Pasangan ini punya tiga anak dan ketiganya sudah menikah serta tinggal di luar kota karena bekerja. Sementara Satim dan istrinya tinggal di Situ Awi, Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi.

"Alat musik yang saya gunakan untuk mengamen itu kecapi khas Sunda. Selama mengamen, saya sudah menghabiskan kurang lebih 10 kecapi karena rusak akibat terlalu sering dimainkan setiap hari," ujar dia.

Penghasilan Satim dari mengamen rata-rata Rp 75 ribu sampai Rp 200 ribu dalam sehari alias tidak menentu. Uang tersebut dia pakai untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Baca Juga: Foto Viral: Cerita Penjual Seblak di Sukabumi dan Jembatan Lapuk Cibodas

Ditanya dari mana dia memperoleh keahlian memainkan kecapi, Satim mengungkapkan dirinya diajarkan seseorang asal Cianjur yang dia sebut Pendekar Kecapi. Orang ini disebutnya pernah pergi ke Cilacap, ditugaskan untuk mengusir penjajah sambil membawa kecapi.

Saat mengusir penjajah, kata Satim, gurunya itu mampu membutakan matanya sendiri sehingga penjajah menganggap sang Pendekar Kecapi lemah. Tujuannya, ketika pendekar ini ditolong penjajah, dia melepaskan kecapinya lalu mengeluarkan senjata dari punggung dan menyerang penjajah.

"Makanya saya bilang dia seorang Pendekar Kecapi," katanya menceritakan sosok yang mengajarkannya memainkan kecapi ketika masih remaja di rumahnya di Cilacap.

Adapun cita-cita Satim sebagai pengamen kecapi khas Sunda adalah memiliki sanggar seni di Sukabumi untuk membuka tempat latihan kesenian Sunda seluas-luasnya.

Editor : Oksa Bachtiar Camsyah

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI