Sukabumi Update

Upaya BMKG Siapkan Cikakak dan Citepus Sukabumi Jadi Desa Siaga Tsunami

Penyerahan peta bahaya Tsunami Desa Citepus dari BMKG ke Pemkab Sukabumi dalam acara pembukaan Sekolah Lapang Gempabumi, Kamis (11/5/2023). (Sumber : Dokpim Pemkab Sukabumi)

SUKABUMIUPDATE.com - Dua desa di Kabupaten Sukabumi yakni Desa Cikakak, Kecamatan Cikakak dan Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu tengah disiapkan jadi desa komunitas masyarakat Siaga Tsunami tingkat Internasional atau Tsunami Ready Community.

Tsunami Ready Community sendiri adalah program peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman tsunami dengan berbasis pada 12 indikator yang telah ditetapkan Intergovernmental Oceanographic Commission of UNESCO (IOC-UNESCO).

Untuk mewujudkannya, dua hari kebelakang ini Balai Besar Metrologi Klimatologi (BBMKG) wilayah II Tangerang Selatan menggelar sejumlah kegiatan di dua desa yang berhadapan langsung dengan Teluk Palabuhanratu tersebut.

"Perlu diketahui bahwa Desa Citepus dan Cikakak akan diajukan sebagai Masyarakat Siaga Tsunami yang akan diverifikasi di tingkat nasional oleh National Tsunami Ready Board (NTRB) selanjutnya akan diverifikasi dan kemudian dikukuhkan oleh UNESCO sebagai Masyarakat Saga Tsunami atau Tsunami Ready Community tingkat Internasional," kata Subkor Pelayanan Jasa BBMKG wilayah II, Fitri Afiadi dikutip dari laman banten.bmkg.go.id, Jumat (28/7/2023).

Baca Juga: Cikakak dan Citepus Sukabumi Disiapkan BMKG Jadi Desa Siaga Tsunami UNESCO

Untuk kegiatan pertama, lanjut Fitri, BBMKG wilayah II Tangerang Selatan menyelenggarakan sosialisasi Gempabumi dan Tsunami di Aula Kantor Desa Citepus, Rabu 26 Juli 2023. Dalam kegiatan tersebut, Fitri mengatakan pihaknya hadir untuk mendampingi serta jadi fasilitator untuk Desa Citepus dalam pemenuhan 12 indikator.

Fitri menuturkan, kegiatan yang dibuka langsung Kepala Desa Citepus Koswara ini dihadiri peserta dari seluruh anggota Kelompok DESTANA (Desa Tangguh Bencana) yang berjumlah sekitar 35 orang. Usai diberi materi seputar gempabumi dan tsunami, para peserta diharapkan dapat memenuhi semua indikator yang ada untuk keperluan verifikasi.

Kemudian kegiatan lainnya, BBMKG wilayah II Tangerang Selatan menggelar sosialisasi dan edukasi terhadap pelajar di SMA N 1 Cikakak, Kamis 27 Juli 2023. Menurut Fitri, dalam memenuhi kelengkapan 12 Indikator, diperlukan komponen masyarakat lainnya yang terlibat, salah satunya dari kelompok pemuda, utamanya kalangan pelajar.

Fitri menuturkan, dalam kegiatan tersebut pihaknya memberikan edukasi kepada 100 siswa dari perwakilan siswa-siswi kelas 10 hingga kelas 12 di SMA N 1 Cikakak terkait bencana gempabumi, tsunami dan langkah-langkah mitigasinya. 

Kolase dua kegiatan sosialisasi gempabumi dan tsunami dari BBMKG wilayah II di Cikakak dan Citepus Sukabumi.Kolase foto dua kegiatan sosialisasi gempabumi dan tsunami dari BBMKG wilayah II di Cikakak dan Citepus Sukabumi.

Diketahui, sebelum kegiatan ini BMKG Wilayah II Tangerang Selatan juga sudah mempersiapkan dua indikator Tsunami Ready Community di Cikakak dan Citepus, yakni dengan menyiapkan masyarakat yang siap siaga Tsunami dengan Sekolah Lapang Gempabumi, lalu menyerahkan Peta Bahaya Tsunami dan Peta Evakuasi kepada Pemerintah Daerah di Grand Inna Samudera Beach Hotel, Kamis 11 Mei 2023.

Kepala Balai BMKG Wilayah II Tangerang Selatan Hartanto mengatakan, Desa Cikakak dan Citepus merupakan desa yang berpotensi terdampak jika terjadi potensi Tsunami. Oleh karena itu pihaknya mengupayakan masyarakat di kedua desa tersebut bisa memenuhi ke-12 indikator Tsunami Ready Community pada tahun 2023 ini.

"Sehingga masyarakat Desa Cikakak dan Citepus tahun ini bisa mendapat pengakuan internasional dari UNESCO. Kita akan kawal sampai ke sana. Targetnya memang tahun ini," ujarnya.

Berikut 12 Indikator Komunitas/Masyarakat Siaga Tsunami (Tsunami Ready Community) IOC-UNESCO:

1. Memiliki peta bahaya tsunami.
2. Memiliki informasi perkiraan jumlah orang yang berada di wilayah bahaya tsunami.
3. Memiliki papan informasi publik tentang gempa dan tsunami.
4. Memiliki inventaris sumberdaya ekonomi, infrastruktur, politik dan sosial untuk pengurangan resiko bahaya tsunami.
5. Memiliki peta evakuasi tsunami yang mudah dimengerti yang disusun bersama dengan pihak berwenang berkolaborasi dengan masyarakat.
6. Memiliki materi pendidikan dan kesiapsiagaan yang didistribusikan.
7. Memiliki kegiatan pendidikan dan kesiapsiagaan secara rutin (setahun 3 kali).
8. Melakukan pelatihan tsunami secara rutin (paling tidak dua tahun sekali).
9. Memiliki rencana operasi darurat tsunami.
10. Memiliki kapasitas untuk melaksanakan rencana operasi kedaruratan.
11. Memiliki kemampuan menerima info gempa dan peringatan dini tsunami 24 jam 7 hari.
12. Memiliki kemampuan menyebarluaskan info gempa dan peringatan dini tsunami 24 jam 7 hari.

Editor : Denis Febrian

Tags :
BERITA TERKAIT