Sukabumi Update

Kisah Pasutri Berusia 1 Abad di Ciemas Sukabumi, Hidup Berdua di Rumah Reyot

Asih (105 tahun) dan Abas (100 tahun) pasutri lansia asal Kampung Cibuluh II RT 05 RW 04, Desa/Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, huni rumah panggung yang sudah reyot. (Sumber : Istimewa)

SUKABUMIUPDATE.com - Sepasang suami istri (Pasutri) lansia berusia 1 abad, Abas (100 tahun) dan Asih (105 tahun), warga Kampung Cibuluh II RT 05 RW 04, Desa/Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, tinggal di rumah panggung yang sudah reyot.

Di rumah kecil berukuran 2x4 meter persegi berdinding bilik bambu, Abas dan Asih hidup berdua tanpa anak dan saudara.

"Betul sekali rumahnya sudah lapuk. Bahkan mereka selama ini menempati lahan milik bapak saya, karena mereka sudah dianggap orangtua kami, tidak memiliki anak dan saudara," kata Ketua RT setempat, Dodo kepada sukabumiupdate.com, Minggu (17/9/2023).

Dodo menjelaskan bahwa Mak Asih asli warga Kampung Cibuluh Desa Ciemas, awalnya punya suami orang Desa Ciwaru, namun sudah lama meninggal dunia.

“Setelah itu ia menikah dengan Abas asal Sukabumi, satu tahun yang lalu, pak Abas pun sama tidak punya anak dan saudara,” tuturnya.

Baca Juga: Polisi Tangkap Puluhan Pelajar Hendak Tawuran di Sukabumi, Sebilah Golok Disita

Menurut Dodo, rumah yang ditinggal kedua pasutri lansia tersebut sudah tiga kali diperbaiki. “Tiap tahun selalu diperbaiki atau kuriyak dibantu sama warga dengan swadaya, dan tahun ini berniat mau kembali diperbaiki, namun masih kekurangan material, baru terkumpul GRC sama kayu. Jadi masih banyak kekurangan, terutama asbes," jelas Dodo .

Bahkan untuk pendirian rumah baru, sambung Dodo, rencananya akan dipindahkan atau digeser ke lahan yang dekat sumber air. Lahan baru masih satu hamparan dengan lahan yang ditempati rumah sekarang.

“Mak Asih membelinya kepada orangtua kami seharga Rp 1 juta, ukurannya cukup untuk mendirikan rumah, dan bercocok tanam. Ini atas kemauan mereka, membeli lahan, dengan catatan kalau suatu saat dia membutuhkan uang, untuk hal yang darurat, bisa dijual kembali ke orangtua kami,” kata Dodo.

"Memang rumah mereka tidak ada penerangan berupa lampu listrik. Pada awalnya kami beri penerangan lampu, namun saat ini mereka menolak untuk dikasih penerangan lampu listrik, alasannya selalu putus, untuk kebutuhan air juga kami pasok, bahkan untuk sehari hari makan kami bantu juga, selain pak Abas nya kerja serabutan," sambungnya.

Dodo menuturkan, sempat dulu ada tawaran dari pihak Pemdes melalui kadus terkait program Rutilahu, namun ditolak dengan alasan harus ada persyaratan masalah lahan.

“Juga harus ada modal material dulu yang harus terkumpul, sedangkan ini tidak punya apa apa, bahkan keluarganya juga tidak punya, makanya kami bersama warga berinisiatif lebih baik diperbaiki dengan cara swadaya warga atau gotong royong. Kalau bantuan pemerintah seperti BPNT, PKH, alhamdulilah dapat," tandasnya.

Editor : Denis Febrian

Tags :
BERITA TERKAIT