Sukabumi Update

Trauma hingga Mulai Gatal-gatal, Pengungsi Gempa Gunung Salak di Cipeuteuy Sukabumi

Ucih (tengah) warga Kampung Pasir Masigit, Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Dia menjadi salah satu warga yang mengungsi akibat gempa bumi di sekitar kawasan Gunung Salak. | Foto: SU/Ibnu Sanubari

SUKABUMIUPDATE.com - Rentetan gempa bumi swarm di wilayah Sukabumi dan Bogor, tepatnya di sekitar kawasan Gunung Salak, membuat lebih dari 50 warga Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, mengungsi ke tenda darurat. BMKG mencatat telah terjadi 55 kali gempa sejak 6 hingga 14 Desember 2023.

Dari 55 kejadian, empat gempa dirasakan masyarakat karena geterannya cukup besar dan mengakibatkan kerusakan. Adapun kerusakan mulai terjadi pada 8 Desember 2023, setelah guncangan darat berkekuatan 4.0 magnitudo. Lebih dari 50 jiwa di Desa Cipeuteuy mulai mengungsi sejak hari itu ke tenda darurat yang disiapkan petugas.

Puluhan warga masih bertahan di tenda pengungsian karena gempa susulan yang lebih besar (4.6 magnitudo) terjadi pada Kamis, 14 Desember 2023. Peristiwa terbaru ini meninggalkan trauma mendalam bagi penduduk yang saat ini menempati tenda darurat di Kampung Cisalimar, Desa Cipeuteuy. Salat satu dari mereka adalah Ucih (47 tahun).

Ucih tinggal di Kampung Pasir Masigit, Desa Cipeuteuy. Ketika gempa 4.6 magnitudo terjadi, dia sedang di kamar mandi rumahnya karena saat itu sedang tak berada di tenda. Ucih menyebut di rumahnya ada yang sedang memasak, langsung berlari ke luar. "Bahkan suami juga sampai lompat," katanya kepada sukabumiupdate.com.

Baca Juga: Diguncang 55 Kali Gempa, Mengenal Gunung Salak dan Sejarah Kerajaan Perak Sunda

Menurut Ucih, guncangan gempa 4.6 magnitudo kemarin terasa lebih besar dan lama dari gempa sebelumnya. Kondisi ini membuat warga panik. Beruntung, empat orang yang tinggal bersama Ucih selamat. Namun, gempa tersebut membuat rumahnya mengalami kerusakan yang lebih parah dan tak bisa dihuni, ditambah khawatir gempa susulan.

Ucih dan keluarganya sudah beberapa hari tidur di tenda darurat, sedangkan pagi sampai siang atau sore, beraktivitas di rumah atau bekerja, begitu juga pengungsi yang lain. "Hampir sepekan di tenda evakuasi. Kadang dari pagi (keluar), ada yang kerja atau di rumah. Sampai sekarang masih trauma, tekanan darah setelah dicek juga naik," ujarnya.

Di tempat yang sama, Aan (34 tahun), yang mengungsi bersama kedua anaknya, menceritakan kondisi pengungsian mereka. "Sudah mulai gatal-gatal, batuk, pilek, dan masuk angin. Kalau anak kecil diare dan muntah-muntah. Mungkin karena cuacanya. Kalau malam dingin, tapi siang panas sekali," ujar Aan.

Aan berharap segera ada keputusan untuk membangun rumah layak di tempat yang aman. "Keinginan seperti itu. Kalau lama-lama kasihan anak-anak juga, sekolah terganggu. Hari ini (kemarin) saja sudah sekitar enam kali terjadi gempa, dari malam hingga siang hari, yang paling besar pagi tadi itu," kata Aan.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi mengeluarkan data sementara dampak gempa 4.6 di magnitudo di Kecamatan Kabandungan. Hingga Kamis sore, BPBD mencatat sebanyak 76 rumah yang tersebar di lima desa di Kabandungan mengalami kerusakan akibat gempa tersebut.

Editor : Oksa Bachtiar Camsyah

Tags :
BERITA TERKAIT