Sukabumi Update

Puluhan Tahun Jualan Sayur, Kisah Kani Penderita Kelainan Tulang di Sukabumi

Kani penderita kelainan tulang punggung di Purabaya Sukabumi saat siap-siap berjualan sayur. (Sumber : SU/Ragil)

SUKABUMIUPDATE.com - Kani (60 tahun) warga Purabaya Kabupaten Sukabumi membuktikan bahwa spirit manusia jauh melampaui keterbatasan fisiknya. Usia senja dan kelainan pada tulang punggung yang dideritanya sejak bayi, tak membatasi semangatnya berjualan sayur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Hidup berdua bersama sang istri, Iar (55 tahun), Kani tinggal di sebuah rumah panggung sederhana di Kampung Pojok RT 24/10 Desa/Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi.

Setiap pagi dengan menanggung dagangannya, pria paruh baya itu berjalan kaki menempuh perjalanan hingga 15 kilometer dari rumahnya berkeliling hingga ke pusat perkotaan di Purabaya demi mengais rezeki.

"Sudah hampir 30 tahun berjualan sayur seperti sereh, daun singkong, antanan, daun salam, lengkuas, ada juga jantung pisang, katuk, tekokak, kangkung, genjer dan sayuran lainnya," kata Kani saat ditemui sukabumiupdate.com di rumahnya, Senin (18/12/2023).

Baca Juga: Mengenal Abah Aton, Lansia Difabel Penjual Sayur Keliling asal Purabaya Sukabumi

Menurut Kani, sayuran tersebut ia peroleh dengan cara membelinya, kadang juga ada yang memberinya. Satu ikat ia beli dari tetangganya yang merupakan pemilik kebun seharga Rp1500 dan dijual dengan harga Rp2000.

"Biasanya kalau laku semuanya bisa memperoleh 75 ribu, 50 ribu, bahkan 45 ribu. Namun yang namanya jualan, ada laku ada nyisa juga. Hasil dari penjualan buat kebutuhan sehari-hari saja, seperti beli beras, garam dan bumbu, serta kebutuhan lainnya," lirihnya.

Kani pun menceritakan keluhan pada punggungnya. Ia sering merasa nyeri sehabis jualan. Bahkan menurutnya apabila terlalu lelah, terkadang disertai muntah darah.

"Kelainan pada punggung ini menurut orangtua terjadi pada saya usia 1 minggu. Katanya terinjak sama kakak, sehingga tulang menonjol hingga saat ini. Sering terasa sakit, bahkan kalau capek dan kerja keras, maka terjadi sakit dan muntah darah. Sering berobat ke Puskesmas maupun ke mantri," jelasnya.

Kani mengaku punya dua anak. Anak pertamanya laki laki bekerja serabutan dan jarang pulang. Sedangkan anak keduanya merupakan perempuan dan sudah berkeluarga.

Ia juga mengaku sempat mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui program BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai), namun dalam dua tahun terakhir ini, Kani menyebut saldonya selalu kosong.

"Pernah dapat bantuan BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai), namun sudah 2 tahun selalu kosong," tandasnya.

Editor : Denis Febrian

Tags :
BERITA TERKAIT