Sukabumi Update

Fadli Zon Harap Rumah Pengasingan Hatta-Sjahrir di Sukabumi Direkonstruksi

Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon saat kunjungi Rumah Pengasingan Hatta-Sjharir di Komplek Stukpa Polri, Jalan Bhayangkara Kota Sukabumi. Rabu (29/1/2025) | Foto : Asep Awaludin

SUKABUMIUPDATE.com - Mentri Kebudayaan RI, Fadli Zon terpantau mengunjungi Rumah Pengasingan Bung Hatta-Sjahrir yang berada di komplek Stukpa Lemdiklat Polri, Jalan Bhayangkara, Kota Sukabumi pada Rabu 29 Januari 2025.

Setelah berkeliling di dalam rumah pengasingan Hatta-Sjahrir, Fadli Zon mengaku kondisi rumah bersejarah itu relatif terjaga dengan baik dan perlu dipertahankan keasliannya.

“Sementara dalam kondisi yang relatif baik dan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di tingkat Sukabumi. Kita berharap nanti bisa ditingkatkan cagar budaya di provinsi dan nasional,” ujar Fadli Zon kepada sukabumiupdate.com.

Selain itu, mengingat rekam jejak Hatta-Sjahrir sebagai Proklamator dan Bapak Republik Indonesia, Rumah pengasingan yang diketahui sudah ada sejak tahun 1917 itu perlu dihidupkan kembali.

“Ini bisa jadi satu destinasi sejarah juga dan bisa jadi tempat pembelajaran juga bagaimana bung Hatta dan Sjahrir tokoh-tokoh berperan penting dalam sejarah Republik pernah diasingkan di sini sebelum kembali ke Jakarta,” kata dia.

Baca Juga: Menteri Fadli Zon Ke Sukabumi, Jajal Main Bola Api hingga Bicara Pengembangan Budaya Lokal

“Saya kira rumah bung Hatta dan bung Sjahrir di sini bisa bekerja sama dengan Setukpa juga untuk kita jadikan museum Hatta dan Sjahrir terutama masa-masa ketika mereka menjalani pengasingan di tempat ini ketika selesai dari Banda Neira,” terangnya.

Oleh sebab itu, Fadli Zon mengaku akan segera berkoordinasi dengan petinggi Polri untuk membicarakan rencana reaktivasi rumah pengasingan Hatta-Sjahrir tersebut mengingat rumah pengasingan merupakan aset milik Setukpa Polri.

“Saya bicara juga nanti dengan pimpinan pimpinan polri agar ini direvitalisasi, artinya diaktivasi ya. Kalau kita lihat ini sebagai cagar budaya ga boleh tegelnya diganti, tinggal narasinya, mungkin bisa direkonstruksi juga kursinya seperti apa, tempat tidurnya seperti apa, paling tidak replikanya,” pungkasnya.

Editor : Syamsul Hidayat

Tags :
BERITA TERKAIT