SUKABUMIUPDATE.com- Para petani garam di Desa Buniasih, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, menghadapi kesulitan besar dalam menjual hasil produksi mereka. Baik garam siap konsumsi maupun jenis krosok yang dihasilkan kini menumpuk di gudang tanpa ada pembeli.
Kepala Desa Buniasih, Badrudin, mengungkapkan bahwa produksi garam di desanya telah dimulai sejak 2017 dengan adanya sentra pengolahan garam di Kampung Sinarbakti. Saat ini, terdapat 10 kelompok petani garam dengan total sekitar 100 orang yang menggantungkan hidupnya dari produksi garam.
"Dulu, saat awal produksi, kami bisa menjual garam ke Jakarta dengan harga lebih dari Rp 4.200 per kilogram. Saat itu ada pihak yang memfasilitasi pemasaran, sehingga harga jualnya cukup menguntungkan bagi petani," ujar Badrudin kepada sukabumiupdate.com, Minggu (2/2/2025).
Namun, sambung Badrudin, kondisi kini berbeda. Tidak ada lagi pihak yang membantu pemasaran, sehingga penjualan ke luar daerah terhenti. Akibatnya, sekitar 70 ton garam masih tersimpan di gudang dan sebagian bahkan belum dipanen. Stok yang menumpuk ini membuat para petani kesulitan untuk kembali berproduksi karena modal mereka tersendat.
Baca Juga: Garam Impor Diharapkan Mampu Tekan Harga Jual di Pasaran
"Garam kami sebenarnya berkualitas super, sudah diuji di laboratorium. Ini juga menjadi andalan mata pencaharian warga. Tapi kalau tidak ada yang beli, UMKM kami mandek. Kami berharap ada solusi dari pemerintah agar petani bisa kembali berproduksi," tambahnya.
Badrudin berharap ada langkah nyata dari pihak terkait, baik pemerintah daerah maupun pusat, juga wakil rakyat (DPRD - DPR RI) untuk membantu mencarikan solusi pemasaran garam Buniasih. Pasalnya, jika kondisi ini terus berlanjut, ratusan petani garam di Tegalbuleud akan semakin terdampak secara ekonomi.
"Kepada pemerintah daerah, pusat bahkan kepada wakil rakyat, agar bisa membantu masalah pemasaran," pungkasnya.
Editor : Syamsul Hidayat