SUKABUMIUPDATE.com - Tanggal 7 Februari menjadi momen bersejarah bagi sepak bola Indonesia dan Belanda. Sekitar 137 tahun lalu, tepatnya 7 Februari 1888, pria bernama Lothar Van Gogh turun ke dunia. Pesepak bola yang terkenal pada zamannya itu lahir di Sukabumi.
Van Gogh menjadi bagian penting dalam perjalanan sepak bola Belanda, bersama Emil Gustav “Miel” Mundt atau Miel Mundt, yang juga lahir di Sukabumi pada 30 Mei 1880. Posisinya di lapangan hijau adalah gelandang atau penyerang sehingga menjadi andalan Tim Oranje.
Van Gogh memainkan dua laga untuk timnas Belanda dan mencetak dua gol. Pertandingan pertamanya terjadi pada 14 April 1907. Keluarganya adalah patriciaat yang sangat dihormati di Belanda karena banyak yang menjadi pejabat terkemuka seperti ilmuwan hingga pejabat.
Van Gogh merupakan putra Jeanette Louise Vos (1854–1906) dan Johannes Van Gogh (1854–1913), seorang pemilik perkebunan kopi di Sukabumi yang juga sepupu Vincent Van Gogh, administrator kolonial sipil di Hindia Belanda. Vincent Van Gogh sendiri adalah sepupu Vincent Van Gogh, pelukis Belanda dengan nama yang sama.
Baca Juga: Miel Mundt dan Van Gogh, Kisah Pesepak Bola Eropa-Belanda Kelahiran Sukabumi
Pengamat sejarah Sukabumi Irman Firmansyah mengatakan Vincent Van Gogh (bersama Johannes Van Gogh) mendapatkan sewa atau erfpacht tanah di Palabuhanratu dengan luas 51 bow/35 hektare. Lokasinya bernama Saninten dengan izin yang diberikan tanggal 8 Maret 1897.
Mereka juga memiliki saham di beberapa perkebunan di sekitar Ciseureuh dan Ciomas, bahkan pernah menjabat sekretaris di Soekaboemische Landbouw Vereeniging. Keluarga Van Gogh lainnya ada yang menjadi pemilik dan administrator kebun teh Gunung Paok Palabuhanratu.
“Banyak dari keluarga Van Gogh yang menjadi olahragawan sehingga hobi dia juga berolahraga sampai bermain 19 kali untuk tim kriket Belanda sebagai pemukul klub kriket Rood Wit antara 1904 sampai 1922. Dia satu-satunya anggota keluarga yang berhasil masuk timnas Belanda sebagai pesepak bola. Latihan olahraga diperkenalkan kepada saudara-saudaranya oleh ayah Van Gogh sejak usia dini selama di perkebunan Sukabumi, ketika olahraga masih belum umum dilakukan masyarakat,” kata Irman.
Selain kriket dan sepak bola, Van Gogh pun bermain hoki. Sementara dalam sepak bola, dia menjadi gelandang yang tangguh. Dalam menyerang, Van Gogh bekerja dengan perhitungan paling presisi dan penguasaan bola lengkap. Dia dianggap sebagai ahli teknis bola dan taktis yang tiada duanya, namun hanya dua kali bermain untuk timnas Belanda yakni pada 1907.
Pada usia 19 tahun, Lothar Van Gogh menyelamatkan Belanda dalam pertandingan melawan Belgia di Stadion Kiel Beerschot, Antwerpen, 14 April 1907. Setelah 90 menit, skor menjadi 1-1, disebabkan gol Van Gogh pada menit 74. Di perpanjangan waktu, Van Gogh kembali mencetak gol untuk Belanda (menit 118). Skor akhir 3-1 untuk kemenangan Tim Oranje.
Sebulan kemudian, tepatnya 9 Mei 1907 di Sportpark Koninklijke HFC, Haarlem, Belanda, Lothar Van Gogh memainkan pertandingan internasionalnya yang kedua dan terakhir. Kali ini Belgia membawa pulang kemenangan (1–2) dan Van Gogh tidak mampu mencetak gol. Dia mengalami cedera lutut sehingga tidak bisa melanjutkan kariernya dan kembali ke Sukabumi.
"Van Gogh akhirnya berkarier sebagai insinyur dan sering mengunjungi saudaranya di Palabuhanratu. Pada 1918 dia menikah dengan Josephine Maria Voorthuis (kelahiran 1895), dan dikaruniai tiga anak. Pada masa Jepang, Van Gogh ditangkap oleh pasukan Jepang dan diwajibkan melakukan kerja paksa. Van Gogh meninggal pada 28 Mei 1945 di salah satu kamp interniran Jepang di Cimahi dan dimakamkan di pemakaman Belanda Leuwigajah,” ujar Irman.
Editor : Oksa Bachtiar Camsyah