Sukabumi Update

Abah Abun Kecewa Dicoret dari Juru Kunci Gunung Winarum: Konflik dengan Pemdes Cisolok

Abah Abun Juru kunci Keramat Gunung Winarum, Karang Hawu, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi | Foto : Ilyas Supendi

SUKABUMIUPDATE.com - Abah Abun Setiawan (80), juru kunci senior di kawasan Keramat Gunung Winarum, Karang Hawu, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, mengaku kecewa setelah namanya dicoret dari kepengurusan situs spiritual tersebut.

Sebuah surat yang ditandatangani Kepala Desa Cisolok, Hendi Sunardi, pada 20 Januari 2025 lalu yang menegaskan bahwa Abah Abun tak lagi menjadi bagian dari kepengurusan.

Abun mengaku bahwa dirinya telah mengabdi menjadi juru kunci di Gunung Kramat Karanghawu sejak tahun 1975. Menurutnya, ia mengikuti jejak dari Enah sang nenek yang terlebih dahulu menjadi juru kunci sebelumnya di lokasi itu.

Ia juga mengaku turut serta membangun akses jalan, musala, hingga mengalirkan air bersih ke atas bukit. Salah satu kontribusi besarnya adalah menciptakan Sumur Tujuh pada tahun 1977, yang kini menjadi tempat pemandian spiritual.

"Saya sudah berada di lokasi itu sejak tahun 1975, meneruskan kiprah Nenek Enah, nenek saya dalam menjaga makam para penyebar agama islam," ujar Abun pada sukabumiupdate.com di Pengadilan Negri Cibadak, Rabu (12/2/2025).

Namun, yang mengejutkannya, kata Abun, tidak hanya namanya yang dihapus dari kepengurusan, tetapi juga foto dirinya yang sebelumnya terpajang di area sakral sebagai juru kunci ikut dicoret.

Baca Juga: Wisata Batu Lawang Cirebon Jawa Barat yang Berselimut Mitos Sumur Keramat

"Dulu, waktu saya mulai, jalan ke sini masih setapak, belum ada tangga. Kami membangun tempat ini dari donasi para peziarah, ahli spiritual, dan pengusaha. Sekarang sudah jauh lebih tertata," ungkapnya.

Seminggu yang lalu, Abah Abun baru menyadari perubahan ini setelah diberi tahu oleh rekannya, Mak Ocon. Dalam susunan kepengurusan baru, namanya tidak tercantum, sementara ada delapan juru kunci dari Sumur Tujuh dan 15 dari bagian bawah kawasan.

"Saya tidak tahu ada perubahan ini, tiba-tiba foto saya dicoret. Kalau memang ada pergantian, harusnya ada surat resmi. Sampai sekarang saya belum menerima SK pemberhentian," ucapnya

Menurut Abah Abun, sebelumnya kepengurusan juru kunci tidak melibatkan pemerintah desa secara langsung, tetapi belakangan peran kepala desa semakin dominan dalam pengelolaan situs spiritual ini. Ia berharap ada kejelasan terkait statusnya.

"Kalau memang saya sudah tidak diakui sebagai juru kunci, saya ingin ada surat resmi. Jangan tiba-tiba dicoret begitu saja," tegasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Cisolok, Hendi Sunardi, menjelaskan bahwa pencoretan nama Abah Abun dari kepengurusan berkaitan dengan gugatan hukum yang diajukannya terhadap pemerintah desa terkait sengketa tanah kas desa.

"Artinya kan dia tidak masuk kepengurusan lagi, karena dia menggugat pemdes (pemerintah desa). Kita sudah beritikad baik, berupaya mediasi, tapi kalau sudah masuk meja hijau, beda ceritanya," kata Hendi.

Baca Juga: Makam Keramat Solear (Syekh Mas Mas'ad) Tangerang dan Mitos Kera Jelmaan Manusia

Menurutnya, lahan yang ditempati Abah Abun selama ini merupakan tanah kas desa, baik yang berada di bawah Gunung Winarum maupun padepokannya.

"Dia tinggal di tanah kas desa, termasuk yang ada di bawah gunung. Itu tanah yang sedang disengketakan," jelasnya.

Hendi menegaskan bahwa Gunung Winarum adalah aset desa, sehingga kepengurusannya harus mengikuti aturan yang ditetapkan pemerintah desa. "Tidak berarti dia tidak boleh beraktivitas, itu hak setiap warga negara. Tetapi dalam kepengurusan, ada aturan yang harus diikuti," kata dia.

"Kalau bicara dari tahun 70-an, dia bukan orang sini, hanya menikah dengan orang sini. Jadi bukan berarti melarang dia untuk beraktivitas, itu hak setiap warga negara, tapi dalam kepengurusan ada aturan yang harus diikuti," sambungnya.

Sekedar informasi, situs Keramat Gunung Winarum memang dikenal sebagai tempat spiritual yang kental dengan nuansa mistis. Situs ini memiliki undakan tangga, kios-kios yang menjual lukisan Nyi Roro Kidul, serta makam-makam keramat yang dipercaya sebagai patilasan penyebar agama Islam di Tanah Jawa, khususnya di kawasan Teluk Palabuhanratu hingga Banten.

Dimana di area tersebut ada beberapa nama tokoh yang tercantum dalam batu nisana antara lain Eyang Rembang Sanca Manggala, Eyang Lendra Kusumah, Eyang Jalak Mata Makuta, dan Raden Syeh Hasan Ali. Dipercaya, situs ini telah ada sejak lama, bahkan sebelum era Presiden Soekarno.

Editor : Syamsul Hidayat

Tags :
BERITA TERKAIT