Sukabumi Update

Suami Bohong Sebut Istri dan Anak Selamat dari Banjir Palabuhanratu, Ternyata Ditemukan Meninggal

Aang (pakai baju koko), suami dari Santi korban terbawa arus Banjir Cipalabuhanratu, Sukabumi | Foto : Capture Video

SUKABUMIUPDATE.com - Warga Kampung Gumelar, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, geram terhadap seorang warga bernama Aang. Ia adalah suami dari Santi dan ayah dari Nurul, korban bencana banjir bandang Cipalabuhanratu.

Kemarahan warga dipicu oleh sikap Aang yang telah berbohong dan bahkan acuh terkait keberadaan istri dan anaknya. Kepada warga Aang menyebut anak dan istrinya selamat dari terjangan banjir dan telah mengungsi, ternyata kemudian istri dan anaknya tersebut ditemukan oleh tim SAR dalam keadaan meninggal akibat terbawa arus.

Diketahui, tim SAR gabungan menemukan Santi dan Nurul dalam posisi berpelukan, pada Jumat (7/3/2025) sekitar pukul 13.30 WIB, keduanya ditemukan tertimbun di antara puing-puing bangunan dan tumpukan sampah yang terbawa derasnya arus Sungai Cipalabuhan yang meluap.

Sejumlah warga melampiaskan emosinya dengan meneriakkan cacian saat Aang tiba di lokasi evakuasi. "Sia mah teu mikir, teu nyaah ka budak, teu nyaah ka pamajikan, sia mah setan, mentingkeun dunya!," teriak salah seorang warga, menuding Aang tidak peduli terhadap keluarganya.

Menurut informasi yang dihimpun, Aang merupakan pemilik toko kelontongan di Pasar Palabuhanratu, beberapa kali di temui RW dan warga untuk menanyakan yang sebenarnya keberadaan anak istrinya tersebut, namun dengan santai di jawab oleh korban bahwa anak istrinya sudah mengungsi.

Baca Juga: Ibu dan Anak yang Hilang Diterjang Banjir Palabuhanratu Ditemukan Meninggal Berpelukan

Bahkan, dalam sebuah video berdurasi 34 detik yang beredar di grup pesan singkat, Aang sempat menyampaikan bahwa istri dan anaknya selamat.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh saya atas nama haji Aang dari suami neng Santi  yang di kampung Gumelar yang dinyatakan terbawa arus, istri saya dan anak saya teryata anak dan istri saya ada di wilayah Cikakak Desa Margalaksana, kampung Ciganas alhamdulillah selamat, ternyata yang di infokan itu tidak sesuai dengan kenyataan Alhamdulillah selamat wassalamualaikum," isi video tersebut yang diduga dibuat pagi hari sebelum jenazah ditemukan.

Ketua RW 22 Kampung Gumelar, Reza, membenarkan bahwa kemarahan warga dipicu oleh kebohongan Aang. "Semalam kan saya sudah cek langsung ke pasar, sama suaminya ditanyakan masalah perihal anak dan istrinya dimana? Dia kan mengontrak disini, dia bilang katanya istrinya sudah pulang ke Cikakak, dan beberapa kali itu ditanyakan jawabannya sama," terang Reza di lokasi.

"Tidak ada peduli ini, sampai gimana, kayak gimana, gak ada, nah kebetulan istri dan anaknya ketemu meninggal, nah ini makanya massa ini geram, marah, kesal, yang lain mencari dia malah asyik jualan," sambungnya.

Warga semakin geram setelah Tim SAR menemukan jasad Santi dan Nurul, memastikan bahwa mereka adalah korban amukan Sungai Cipalabuan.

"Dia ngebohong, dia bilangnya pokoknya istri saya sudah pulang ke Cikakak, dengan anaknya, saya sama tim Sar sampaikan kesana, pak Lurah ada, jawabannya tetap begitu (kekeh kalau anak istrinya selamat). Nah tadi jasad korban ditemukan, bahwa dia memang korban amukan sungai Cipalabuan," tandasnya. 

Beruntung, kemarahan warga berhasil diredam setelah pihak kepolisian mengamankan Aang guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Saat ini, jasad korban telah dibawa ke RSUD Palabuhanratu untuk proses lebih lanjut.

Baca Juga: Ibu dan Anak Balita Hilang Diterjang Banjir Bandang di Palabuhanratu, Pencarian Terus Dilakukan

Sebelumnya diberitakan, seorang ibu dan anaknya yang masih balita dilaporkan hilang setelah banjir bandang menghantam Kampung Gumelar, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Kamis malam, 6 Maret 2025. Peristiwa tragis ini terjadi secara tiba-tiba, membuat keduanya tak sempat menyelamatkan diri.

Kepada sukabumiupdate.com, Dina (59 tahun), saksi mata sekaligus tentangga korban, mengisahkan detik-detik mencekam saat banjir datang. Menurutnya, korban sempat disarankan untuk mengungsi sebelum air naik, namun memilih bertahan.

"Sebelum banjir besar datang, sudah dibilangin ayo ke atas, tapi mereka bilang nanti saja. Tidak lama kemudian, air naik seperti ombak di laut sekitar jam sembilan malam. Pas kejadian air itu sampai leher," kata dia di lokasi, Jumat (7/3/2025).

Dina melanjutkan, saat air sudah memenuhi rumah, korban berusaha keluar melalui pintu belakang, tetapi terlambat. "Air sudah tinggi, lumpur sudah di mana-mana. Waktu itu terdengar suara minta tolong, tapi kondisinya parah. Ada yang mencoba mengambil tali untuk menolong, tapi saat kembali, rumah mereka sudah hancur diterjang arus. Setelah itu, tidak ada suara apa pun lagi," ungkapnya.

Editor : Syamsul Hidayat

Tags :
BERITA TERKAIT