SUKABUMIUPDATE.com – Setahun sudah bencana banjir dan longsor yang melanda Kabupaten Sukabumi pada 4 Desember 2024 berlalu. Namun hingga kini, puluhan warga terdampak di dua kecamatan masih menanti kepastian hunian tetap (huntap) dari pemerintah. Mereka adalah penyintas yang rumahnya mengalami rusak berat hingga rata dengan tanah, terutama di Desa Panumbangan Kecamatan Jampangtengah dan Desa Neglasari Kecamatan Purabaya.
Siti Patimah (34 tahun), warga Kampung Sampalan RT 14/02, Desa Panumbangan, mengaku lelah menunggu kejelasan relokasi. Hampir setahun hidup berpindah-pindah, ia merasa janji yang pernah disampaikan belum kunjung terwujud.
“Kami korban penyintas sudah hampir 9 bulan menanti relokasi. Dulu pernah ada janji dari Pak Dedi Mulyadi, tapi sampai sekarang belum ada kejelasannya,” ujar Siti kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (6/12/2025).
Baca Juga: Dokter Relawan Sukabumi Ungkap Krisis Air Bersih dan Kondisi Mencekam di Aceh Tamiang
Berdasarkan data terakhir yang dihimpun Sukabumiupdate.com, bencana pergerakan tanah pada 4 Desember 2024 menerjang sejumlah kampung di Desa Panumbangan, yaitu:
• Kampung Pangantrongan RT 18 dan RT 16/04
• Kampung Gunung Gedogan RT 19/04
• Kampung Sampalan RT 14 dan RT 12
Belasan rumah mengalami rusak berat hingga rata dengan tanah. Sedikitnya 16 keluarga terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya.
Kepala Desa Panumbangan, Lani Jaelani, menjelaskan bahwa sejak kejadian tersebut warga memilih mengungsi ke tempat yang dianggap lebih aman. Ada yang tinggal bersama kerabat, kembali ke rumah orang tua, hingga bertahan di masjid.
“Kondisi ini jauh dari kata layak, apalagi sampai sekarang belum jelas kapan mereka bisa kembali hidup di tempat aman,” katanya.
Baca Juga: Ferry Irwandi Bagikan Kondisi di Langkat: 2.000 Warga Tinggal di Atas Rel Kereta Api
Lani juga mengungkapkan bahwa pada bulan terjadinya bencana, sempat ada komunikasi melalui video call dengan Dedi Mulyadi. Saat itu, pihak desa diminta menyiapkan proposal relokasi sebagai langkah awal. Namun hingga satu tahun berlalu, belum ada tindak lanjut signifikan.
“Harapan waktu itu sempat tumbuh, tapi kenyataannya penyintas masih terkatung-katung sampai hari ini,” ujarnya.
Situasi tidak jauh berbeda dialami warga terdampak pergerakan tanah di Desa Neglasari, Kecamatan Purabaya. AC (40 tahun), warga Kampung Karikil, mengaku terpaksa kembali ke rumahnya meski terdapat retakan pada bangunan.
“Awalnya pemerintah desa dan Forkopimcam belum mengizinkan karena menunggu hasil kajian. Rumah saya retak-retak, jadi kami dievakuasi. Tapi saya sudah jenuh di tempat pengungsian. Kalau memang mau direlokasi, bangunkanlah huntap. Tapi sudah setahun belum ada kepastian,” keluhnya.
Kepala Desa Neglasari, Lili Rahman, mencatat total 156 KK terdampak, dengan rincian:
• 95 KK atau 234 jiwa menumpang di rumah kerabat atau orang tua
• Sebagian tinggal di hunian sementara
• Sebagian lainnya kembali ke rumah terdampak dan memperbaiki secara swadaya
“Kami sudah berupaya mengajukan bantuan, baik ke Pemda Sukabumi maupun Pemprov Jawa Barat,” kata Lili.
Baca Juga: Resmi Bercerai dengan Jule, Na Daehoon Menang Hak Asuh Tiga Anak
Warga terdampak di dua kecamatan tersebut kini berharap pemerintah daerah dan pemerintah provinsi segera merealisasikan pembangunan hunian tetap. Setelah setahun berlalu, kondisi mereka dinilai semakin rentan, baik secara ekonomi maupun psikososial.
Warga berharap kejelasan relokasi tidak hanya berupa janji, tetapi segera diwujudkan agar mereka bisa kembali menata kehidupan secara layak dan aman.
Editor : Syamsul Hidayat