SUKABUMIUPDATE.com - Anggota Komisi IV DPR RI dari daerah pemilihan Sukabumi, drh Slamet, turun langsung membersamai para petani penggarap di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dalam upaya pemulihan ekosistem hutan. Kegiatan ini menjadi bagian dari ikhtiar menjaga kelestarian alam sekaligus memperkuat peran masyarakat di sekitar kawasan konservasi.
Bertempat di Resort Pasir Hantap, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi, Senin (22/12/2025), kegiatan penanaman dilakukan di lahan seluas 50 hektare. Kawasan ini dipilih karena memiliki peran penting sebagai penyangga ekosistem TNGGP sekaligus wilayah yang selama ini bersentuhan langsung dengan aktivitas warga.
Sebanyak 30.000 pohon ditanam dalam kegiatan tersebut. Jenis tanaman yang dipilih merupakan pohon endemik khas hutan pegunungan seperti puspa, rasamala, huru, dan kisireum. Selain itu, ditanam pula Multi-Purpose Tree Species (MPTS), antara lain salam dan aren yang memiliki nilai ekologis sekaligus manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Baca Juga: Turun ke Sukabumi, Slamet Tegaskan Empat Pilar Kebangsaan Bukan Sekadar Hafalan
Menurut Slamet, penanaman pohon ini bukan sekadar kegiatan seremonial. Lebih dari itu, langkah tersebut merupakan investasi hijau jangka panjang untuk memastikan keberlanjutan lingkungan hidup bagi generasi mendatang. “Ini bukan hanya menanam pohon, tapi menanam harapan untuk anak cucu kita nanti” ujarnya kepada sukabumiupdate.com.
Ia menegaskan keberhasilan pemulihan ekosistem tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan masyarakat. Kehadiran para petani penggarap menjadi kunci penting, karena merekalah yang sehari-hari hidup berdampingan dengan kawasan hutan dan memiliki kepentingan langsung terhadap kelestariannya.
Dalam pandangan legislator PKS ini, menanam pohon juga memiliki nilai spiritual yang mendalam. Selama pohon tersebut hidup, tumbuh, dan memberikan manfaat bagi makhluk lain, maka kebaikannya akan terus mengalir sebagai pahala jariyah, bahkan setelah penanamnya tiada.
Slamet juga mengingatkan berbagai bencana alam yang kerap terjadi belakangan ini merupakan peringatan keras akibat rusaknya hutan dan lingkungan. Kerusakan ekosistem, menurutnya, tidak bisa lagi diabaikan dan harus dijawab dengan tindakan nyata.
Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melakukan “taubat ekologi”, bukan sekadar lewat retorika, tetapi melalui langkah konkret seperti menanam, merawat, dan menjaga alam secara bersama-sama. Upaya pemulihan ekosistem di TNGGP ini diharapkan menjadi contoh kolaborasi antara negara dan rakyat dalam menjaga bumi tetap lestari. (ADV)
Editor : Oksa Bachtiar Camsyah